- VIVA.co.id/ Agus Rahmat
VIVA.co.id – Ada yang berbeda di Istana Negara, Jakarta, pada peringatan Hari Pendidikan Nasional, Selasa, 2 Mei 2017.
Sejumlah kendaraan seperti angkutan kota, sepeda motor hingga bemo, memasuki kawasan istana. Kendaraan-kendaraan itu bukan hanya sebagai alat transportasi. Tetapi juga disulap sebagai taman baca keliling.
Presiden Joko Widodo mengundang sejumlah pegiat literasi dari berbagai daerah ke Istana Negara, hari ini.
Satu di antaranya bernama Wahyudi. Ia mendirikan Rumah Baca Sang Petualang. Dia membuat perpustakaan umum di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Namun ternyata banyak warga di dusun-dusun terpencil yang tidak terjangkau. Sementara biaya operasional mereka tidak bisa untuk menjangkau kawasan terpencil tersebut. "Disiasati sambil berdagang," kata Wahyudi, di Istana Negara, Jakarta, 2 Mei 2017.
Beberapa dagangannya, seperti martabak hingga burger. Dua motor digunakan untuk operasional. "Biasanya jam 3 sore kami keliling ke pelosok yang jauh dari rumah baca," kata Wahyudi.
Wahyudi, pendiri rumah baca di Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa, 2 Mei 2017 (VIVA.co.id/ Agus Rahmat)
Awalnya, Wahyudi mendirikan rumah baca saat ia bekerja sebagai penjaga pos polisi di depan patung kuda, Monas. Saat ini, tempatnya bekerja telah dirobohkan dan diganti patung MH Thamrin.
Ketika itu gajinya Rp600 ribu per bulan. Gaji itu ia sisihkan untuk membeli buku, yang kini digunakan sebagai bahan bacaan. Dengan telaten, ia mengumpulkan buku-buku. "Setiap gajian saya beli buku, dua sampai tiga," katanya.
Saat ini, tempatnya bekerja telah dirobohkan dan diganti patung MH Thamrin. Ia pun kembali ke kampungnya dan mendirikan rumah baca pada 2015.
Selama menjalankan rumah baca, ia mendapat sambutan meriah dari warga kampung, terutama yang tinggal di pedalaman. "Bukan minatnya yang kurang, tapi akses bacanya," katanya.