Buruh di Bali Desak Belanja Budaya Masuk Komponen Upah
- VIVA.co.id/Bobby Andalan
VIVA.co.id – Ratusan buruh yang tergabung dalam Aliansi Buruh Bali Bersatu menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Bali memperingati Hari Buruh Internasional 1 Mei. Mereka menyampaikan aspirasinya dengan menggelar long march dari parkir timur Monumen Bajra Sandhi, Renon.
Pada aksi unjuk rasa yang diikuti puluhan jurnalis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar itu, ratusan buruh itu mendesak agar belanja budaya yang selama ini menjadi kebutuhan mereka dimasukkan ke dalam komponen pengupahan.
Koordinator Aliansi Buruh Bali Bersatu, I Dewa Rai Budi Sudarsana menjelaskan, sebagai umat beragama, selama ini buruh di Bali juga ambil bagian dalam melestarikan adat istiadat dan budaya Pulau Dewata.
"Kami juga sebagai buruh terlibat aktif dalam kegiatan adat istiadat dan budaya. Untuk itu, perlu memasukkan komponen belanja budaya dalam sistem pengupahan buruh di Bali," kata Sudarsana, Senin 1 Mei 2017.
Dari survei yang dilakukan institusinya, komponen belanja budaya untuk buruh di Bali paling sedikit Rp300 ribu. Jumlah itu untuk pembelian canang, sarana ritual keagamaan umat Hindu yang dilaksanakan buruh setiap harinya.
Jumlah itu, kata I Dewa, bisa saja membengkak jika ada upacara keagamaan yang lebih besar. Selama ini, sistem pengupahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 belum mengakomodasi belanja budaya untuk buruh.
Tuntutan lain yang digaungkan buruh Bali yakni kenaikan upah minimum regional dan upah sektoral bagi pekerja di sektor pariwisata.? Saat ini, gaji buruh di Bali baru sebesar Rp1,9 juta. Hal itu sangat kurang dari kebutuhan dasar yang dimiliki buruh di Pulau Dewata itu.
"Upah layak buruh di Bali minimal Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per bulan. Saat ini tentu masih jauh dari kata layak," ujarnya.