Perindo Diprotes Umat Hindu Bali Gara-gara Pasupati Bendera
- Antara/ Rosa Panggabean
VIVA.co.id - Partai Perindo diprotes umat Hindu Bali gara-garanya menggelar upacara pasupati bendera kebesaran mereka di Pura Gunung Kawi yang terletak di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, beberapa hari lalu.
Dewan Pimpinan Pusat Peradah Indonesia Provinsi Bali mengecam keras tindakan itu. Beberapa alasan keberatan atas tindakan Perindo. Pertama, Pura Gunung Kawiyang di Desa Tampaksiring adalah salah satu pura Dang Kahyangan yang disucikan umat Hindu di seluruh Bali.
"Pura ini dibangun untuk pemujaan para Dewa, terutama Dewa Wisnu sekaligus jejak peradaban Rsi Markandeya dalam menyebarkan agama Hindu. Pura ini ditujukan untuk kegiatan dan aktivitas upacara keagamaan, bukan untuk kegiatan lainnya, apalagi bersifat politik praktis," kata Ketua DPP Peradah Indonesia Provinsi Bali, Ida Ayu Made Purnamaningsih, dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 26 April 2017.
Menurutnya, upacara pasupati bendera Partai Perindo tak beretika, tak pantas, dan tak elok menggunakan ruang suci dan sakral di tempat ibadah, yakni Pura Gunung Kawi. Apalagi jika hal itu guna mencari simpati publik belaka.
Ia menyayangkan kader Perindo Bali yang mayoritas umat Hindu justru memfasilitasi hal itu. "Seyogyanya sebagai tuan rumah, lahir, tinggal dan hidup di Bali, paham mengenai kearifan lokal, kultur dan spirit Bali. Namun, dari kegiatan yang digelar seolah tak bisa membedakan antara aktivitas keagamaan dan politik. Rasionalitas, akal sehat, dan nalar luntur hanya untuk membangun pencitraan dan eksistensi parpol," katanya.
Ia juga menyoroti istilah pasupati yang dianggap kurang pantas. Pasupati, kata Ayu, memiliki makna mistisme yang mendalam dan sarat dengan nilai kearifan lokal dan spiritual di Bali.
"Pasupati menekankan proses sakralisasi sebuah benda sehingga memiliki keuatan magis atau supranatural. Pasupati indentik dilakukan pada sarana, perangkat spiritual atau tempat yang disucikan umat Hindu di Bali. Apa yang dilakukan Partai Perindo tentu di luar kelaziman," ujarnya.
"Kami nilai ini sebagai sebuah pelecehan spiritual atas simbol agama Hindu karena memanfaatkan ruang tempat suci untuk tujuan politis," katanya.
Ayu menyebut Peradah mengajukan protes keras atas tindakan itu. Ia mendesak Perindo Bali meminta maaf kepada umat Hindu di Bali, terutama Gianyar, karena telah menggunakan Pura Gunung Kawi sebagai aktivitas politik.