Anak-anak Korban Longsor Ponorogo Sekolah di Masjid
- ANTARA FOTO/Siswowidodo
VIVA.co.id – Bencana longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo menyebabkan anak-anak yang menjadi korban tak bisa menjalankan aktivitas sekolah. Selain trauma, fasilitas gedung sekolah juga tak bisa digunakan.
Untuk mengatasi hal ini, kegiatan belajar mengajar dilakukan di Masjid Ibadusshilihin yang disulap menjadi ruang kelas. Anak-anak yang menjadi korban longsor pun belajar dengan fasilitas serba minim.
Laporan tvOne, kondisi ruang belajar anak-anak korban bencana ini memprihatinkan, karena siswa kelas satu hingga kelas enam dijadikan satu tempat.
Sejumlah guru dan relawan ikut mengajar anak-anak korban longsor di hari pertama sekolah tersebut. Untuk hari pertama masuk, kegiatan belajar mengajar masih diisi dengan permainan.
"Hari pertama diisi permainan dahulu sebagai sarana menghilangkan trauma longsor," kata salah seorang relawan bernama Sungkono di Ponorogo, Jawa Timur, Kamis 6 April 2017.
Selain itu, pada hari pertama masuk sekolah, dari 170 siswa hanya sekitar 50 orang siswi yang baru masuk.
"Mungkin yang lain masih trauma," ujar salah seorang guru bernama Sudjarsijo.
Salah seorang siswa bernama Roimumayah mengaku, meski ikut sekolah dadakan tersebut, dirinya masih trauma akibat bencana longsor.
Sementara itu, gedung SD yang tidak dipakai kegiatan proses belajar mengajar saat ini dijadikan tempat penyimpanan logistik pengungsi. Gedung sekolah ini hanya berjarak 50 meter dari lokasi bencana longsor.
Belum diketahui pasti sampai kapan para siswa ini akan bertahan di Masjid untuk tempat pengganti sekolah.