Derita Pemasungan Selama 20 Tahun di Banten
- VIVA.co.id/Yandi Deslatama
VIVA.co.id – Pemasungan selama 20 tahun terpaksa di jalani Mat Entus (52). Ia harus dipasung karena kerap kali memukul, mencekik dan berteriak-teriak. Pemasungannya sendiri dilakukan oleh pihak keluarga Mat Entus.
"Awalnya keluarga takut kalau dibiarin, suka teriak-teriak setiap malamnya, nyekekin (mencekik) orang. Terutama sama orang tuanya yang suka ngebanding-bandingin (kesuksesannya) orang lain," kata Lisiyawati (32), menantu Mat Entus, saat ditemui di kediamannya, di Kampung Pasir Eurih, Desa Bojongcae, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten.
Selama 20 tahun itu pula Mat Entus harus tinggal di gubuk berukuran 4x4 meter yang terbuat dari spanduk bekas, terpal, dan beralaskan tanah. Ia tidur beralaskan spanduk bekas yang dibuat menyerupai kasur.
Sebelum menjalani pemasungan selama puluhan tahun tersebut, pihak keluarga sebenarnya telah berusaha mengobatinya melalui pengobatan modern hingga tradisional ke Jawa Timur. Namun nihil hasilnya.
"Sebelum kaya gini, bapak kerja jadi kuli pengangkut pasir di Sungai Ciujung. Anak-anaknya sekarang pada kerja di Jakarta, kalau emak (Istri Mat Entus) kerja di Kawaraci jadi pembantu," terangnya.
Penyakit skizofrenia yang di deritanya membutuhkan pengobatan intensif dan sesegera mungkin agar Mat Entus dapat terbebas dari pemasungannya. Kini, Mat Entus hanya mendapatkan obat penenang yang diberikan oleh Puskesmas Cibadak selama dua bulan terkahir. Efeknya, Mat Entus mulai bisa mengenal orang dan kondisi badannya lebih bersih dibanding sebelumnya.
"Sudah kita berikan obat penenang dan selalu dikontrol. Untuk lepas dari pemasungan, pihak keluarga masih ketakutan. Sebab, tidak ada laki-laki di rumah untuk merawatnya," kata Sopiah, dokter Puskesmas Cibadak, saat ditemui di ruangannya.