Ke Mana Jumaidi, Tiga Tahun Hilang Tanpa Kabar di China
- VIVA.co.id/Aji YK
VIVA.co.id – Sudah hampir tiga tahun, Ratni (53) menanti kabar anaknya Jumaidi Kasirin Tasmin (34). Hidup, atau mati, ibu lima anak ini tak pernah secuil pun mendapat informasi, dan yang dipegangnya cuma sebuat surat dari Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia yang dikirimkan kepadanya pada Juni 2014.
Di surat tersebut, Jumaidi disebutkan telah ditangkap di Provinsi Guangzhou China.
Tiga tahun silam, tepatnya pada Maret 2014, Jumaidi memang memutuskan hendak bekerja ke luar negeri. Ia mendapat tawaran sebuah perusahaan di Kamboja, dan bergerak di bidang barang antik.
Saat itu, ia ditawarkan upah senilai Rp11 juta per bulan. Tawaran itu diberikan oleh seorang rekannya yang kemudian mengurusi seluruh kebutuhan paspor dan perlengkapan Jumaidi ke luar negeri.
Tiga bulan usai mendapatkan penawaran itu, Jumaidi pun berangkat ke Kamboja. Ratni mengaku masih mendapat kabar dari anaknya itu, dua pekan setibanya di Kamboja.
"Lalu, dua bulan hilang kontak," kata Ratni di kediamannya, di Jalan Ki Marogan Lorong Yakin Kelurahan Kemas Rindu Palembang Sumatera Selatan, Kamis 30 Maret 2017.
Hingga di Juli 2014, tiba-tiba muncul sebuah surat dari Kedutaan Besar untuk China. Awalnya, Ratni mengira itu adalah kabar baik dari Jumaidi yang sudah hilang kontak.
Namun, setelah dibaca surat itu berisi permasalahan. Jumaidi dilaporkan telah ditahan, lantaran membawa narkoba jenis sabu. Tak lama setelah itu, ada telepon dari Konsulat Kedubes yang kemudian memastikan bahwa Jumaidi ditahan di Provinsi Guandong.
"Terakhir itu. Sampai sekarang tidak ada lagi (kabar)" ujar Ratni mengenang nasib anaknya.
Berikutnya, diabaikan>>>
Diabaikan
Kabar itu sontak mengejutkan keluarga miskin ini. Ratni pun bergegas menemui Reza, yang dulu membantu Jumaidi ke luar negeri dan menawari pekerjaannya.
Namun, tidak ada hasil. Ratni pun mencoba menelusur keberadaan anaknya ke Anis, yang merupakan bos dari Reza, yang disebutkan sebagai pemilik perusahaan penampung Jumaidi.
Lagi-lagi, tak ada jawaban yang didapatkan Ratni untuk sang anak. "Kami sekeluarga malah ditantang mereka, silakan saja mau lapor ke mana pun. Mereka tidak tanggung jawab," ujar Ratni.
Tak mau putus asa, keluarga tidak mampu ini pun mencoba menemui Wali Kota Palembang dan Gubernur Sumatera Selatan. Namun, aduan itu tak dihiraukan.
"Terakhir kami ke BNN (Badan Narkotika Nasional) Sumsel, tetapi di sana malah dimarah-marahi dan bilang itu bukan urusan mereka," tutur Ratni.
FOTO: Ratni menunjukkan surat dari KJRI Indonesia untuk China yang mengabarkan penangkapan anaknya pada tahun 2014 di Guangzhou China, Kamis (30/3/2017)/AJI YK
Diduga dijebak
Hingga kini, tiga tahun berjalan nasib Jumaidi tak kunjung menemui titik terang. Ratni masih menanti harap seluruh pihak untuk membantunya.
Sejauh ini, dari informasi yang didapatnya, ketika KJRI Guangzhou China menelepon Ratni. Ketika tertangkap, Jumaidi memang pernah ditemui oleh KJRI di sebuah penjara.
Dilaporkan, Jumaidi tertangkap atas penyelundupan narkotika jenis sabu-sabu seberat 2,2 kilogram. Dari keterangan Jumaidi kepada KJRI, ia memang awalnya diminta untuk mengantarkan kain sutera di Guangzhou.
Setibanya di salah satu provinsi China tersebut, Jumaidi sempat dibantu oleh seorang perempuan asal Guangzhou. Usai pengantaran itu, Jumaidi pun meninggalkan Guangzhou sembari membawa sebuah koper kecil yang dititipkan oleh perempuan yang membantunya.
Namun sial, di pemeriksaan bandara, ternyata koper yang dititipkan kepadanya itu ternyata berisi sabu seberat 2,2 kilogram. Mantan buruh bangunan itu pun diamankan dan dipenjara. "Kami cuma minta kejelasan nasib anak kami," tutur Ratni lirih.
Hingga kini, Jumaidi tak diketahui keberadaannya. Termasuk, bagaimana nasibnya. Ratni pun masih terus menanti kabar anak lelakinya tersebut. (asp)