Waspada Kombatan ISIS Kembali ke Indonesia
- thedailybeast.com
VIVA.co.id – Wakil Ketua Komisi I DPR RI, TB. Hasanuddin, menyatakan kekalahan kelompok teroris dunia, Islamic State in Iraq and Syria (ISIS), baik di Mosul, Irak dan Syria oleh pasukan koalisi, bukan berarti aksi teror yang selama ini dilancarkan oleh kelompok Abu Bakar Al-Baghdadi itu telah selesai.Â
Menurutnya, pola serangan teror justru diperkirakan akan terjadi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Politikus PDI Perjuangan itu memperkirakan, pascakekalahan ISIS di Irak dan Syria, pasukan ISIS yang tersisa akan kembali ke daerah atau negara asalnya meninggalkan barak dengan cara menyusup.Â
Oleh karena itu, ia meminta kepada pihak aparat penegak hukum, khususnya intelijen Indonesia, untuk mengantisipasi kembalinya anggota ISIS asal Indonesia untuk melancarkan aksi terornya di Tanah Air.
"Diprediksi pengikut ISIS asal Indonesia yang jumlahnya hampir 600 orang akan kembali ke Indonesia dengan cara menyusup," kata TB. Hasanuddin dalam keterangan pers yang diterima VIVA.co.id, Senin, 27 Maret 2017.
Tidak hanya itu, kata Hasanuddin, kekhawatiran serupa juga dirasakan oleh Australia. Hal itu telah diungkap oleh salah seorang pejabat intelijen Australia yang menyatakan bahwa sisa pasukan ISIS yang berasal dari Asia Tenggara diprediksi akan kembali ke daerah asalnya. Kemudian mereka akan membentuk basis di kawasan Asia Tenggara.
"Sesuai dengan situasi demografi dan geografi, serta berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan teroris yang lalu, para kombatan ISIS akan membentuk wilayah teritori mereka, antara lain, Indonesia, Filipina Selatan dan Thailand Selatan," ujarnya.Â
Ia mengemukakan, di Indonesia, wilayah yang paling cocok untuk latihan militer dan penyimpanan logistik. Jauh terjangkau dari pengawasan aparat keamanan adalah di kawasan Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi dan Maluku, khususnya daerah Halmahera.Â
Sementara itu, untuk operasi rahasia, kemungkinan besar kombatan ISIS asal Indonesia itu akan memilih wilayah Jawa Barat sebagai tempat operasinya. "Terutama daerah urban," kata Hasanuddin.Â
Sehingga, untuk mengantisipasi terjadinya aksi teror di Indonesia, mantan Sekretaris Militer itu mengusulkan perlunya operasi intelijen yang lebih ketat. Di antaranya melakukan eliminasi kembalinya mantan kombatan ISIS yang hendak masuk Indonesia dengan meningkatkan pengawasan di bagian keimigrasian.
Kemudian, pemerintah harus meningkatkan pengawasan intelijen, terutama di daerah yang dijadikan basis.Â
Selain itu, ia juga meminta kepada aparat penegak hukum untuk tak segan-segan untuk melakuan sweeping secara intensif terhadap bahan peledak dan senjata api yang belakangan ini beredar cukup masif di Indonesia.
"Yang tak kalah penting, pemerintah harus terus melakukan pembinaan terhadap masyarakat agar bisa memotong hubungan antara kombatan ISIS itu dengan warga," katanya.Â
Sebagai informasi, Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius pernah mengungkap bahwa setidaknya ada 500 WNI yang bergabung dengan ISIS di Syria. Sebagai catatan, sekitar 69 WNI telah meninggal dunia dalam pertempuran di Syria maupun Irak.
Informasi lain datang dari Lembaga analis keamanan dan intelijen, Soufan Group (2015), yang memperkirakan 700 WNI telah bergabung dengan ISIS. Mereka konon telah menyatu dengan para kombatan dari Malaysia dan Filipina, guna membentuk Katibah Nusantara (Satuan Tempur Nusantara).Â