Tujuh Hari Doa untuk Kiai Hasyim Muzadi Dibanjiri Jamaah
VIVA.co.id – Hari ke-7 pembacaan doa dan tahlil untuk Almarhum Kiai Hasyim Muzadi dibanjiri ribuan jamaah dari berbagai daerah khususnya di Malang, Jawa Timur. Sejak pukul 18.00 WIB, jamaah mulai berdatangan ke komplek Pondok Pesantren, Al Hikam, Jalan Cengger Ayam, Kota Malang.
Dari pantauan VIVA.co.id jamaah meluber hingga pelataran gedung Pondok Pesantren Al Hikam. Jamaah sebagian besar berada di halaman dalam Pondok Pesantren dan Masjid, sebagian lagi berada di pelataran gedung Pondok Pesantren.
Bacaan doa dan tahlil dimulai sejak pukul 19.30 WIB, untuk mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) itu. Hasyim Muzadi meninggal dunia pada Kamis, 16 Maret 2017.
"Ini paling banyak dari 7 hari tahlilan. Hari pertama ramai tapi sekitar 1.500 orang. Terus hari berikutnya tidak menentu karena hujan sekitar 500 sampai 800 orang," kata salah satu santri Pondok Pesantren Al Hikam, Khabib Wahyu Himawan, Rabu, 22 Maret 2017.
Pada malam ini, diperkirakan ada 2.500 warga berikut santri yang hadir. Jumlah warga yang hadir memang paling banyak.
"Hari terakhir ini paling banyak sekitar 2.500 jamaah. Biasanya hanya di dalam halaman pondok sekarang sampai luar dan masjid," imbuhnya.
Sementara asisten Hasyim Muzadi di anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Fairuz Huda mengatakan, sejak sore hari sudah dilakukan pembacaan Alquran, dilanjutkan istighosah, tahlil dan ceramah agama.
Seperti juga kerabat, warga dan santri yang hadir, Fairuz juga merasa kehilangan atas meninggalnya KH Hasyim Muzadi yang merupakan figur penengah atas segala situasi terkait isu-isu keagamaan dan kebangsaan.
"Kalau ada problem abah selalu penengah dan merangkul bersama untuk mengurai dan mencari solusi kebetulan bisa diterima lintas golongan mulai dari rakyat kecil sampai pejabat," kata Fairuz.
Menurutnya kerendahan hati seorang Kiai Hasyim Muzadi akan terus dikenang. Sifat yang bisa diteladani dari seorang Hasyim Muzadi bagi santri adalah konsistensi dalam berjuang hingga akhir hayat.
"Beliau terus berjuang mulai muda sampai akhir hayat untuk islam rahmatan lil alamin dan kedaulatan NKRI. Beliau tokoh besar namun tidak pernah menunjukan kebesaranya terhadap orang lain. Meski begitu orang lain mengakui kebesaran abah bahkan di dunia internasional," ujar Fairuz.