Baginda Dahlan Abdullah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
- Bayu Nugraha
VIVA.co.id – Perjuangan tokoh perintis kemerdekaan RI, pejuang pendidikan, yang juga diplomat perintis Indonesia asal Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), H Baginda Dahlan Abdullah disimposiumkan pada Rabu, 15 Maret 2017 di Jakarta.
Simposium Nasional H Baginda Dahlan Abdullah dihadiri pembicara kunci Dr. Harry Poeze dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde [KITLV] Leiden, Belanda; Guru Besar Sejarah UI Prof Dr Susanto Zuhdi, Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Padang/ Universitas Andalas (Unand) Prof Dr Mestika Zed; dan Guru Besar Unand Prof Dr Phil Gusti Asnan serta peneliti dan juga penulis buku 'H Baginda Dahlan Abdullah’ dari Universitas Leiden, Belanda Dr Suryadi.
Simposium juga menghadirkan puteri Dahlan Abdullah, Dr Gandasari Abdullah Win dan Profesor Emeritus, yang menyampaikan sambutannya berjudul ‘My Father’, mengisahkan bagaimana perjuangan Dahlan Abdullah untuk kemerdekaan Indonesia mulai dari keterlibatan dalam pergerakan nasionalisme sebagai anggota Perhimpoenan Indonesia (Indische Vereeniging) di Belanda, dan kemudian menjadi ketua pada akhir 1917.
Termasuk pengabdian Dahlan Abdullah hingga meninggal dunia saat mengemban misi sebagai duta besar di Irak, Suriah dan Trans-Jordania pada 12 Mei 1950 di Irak dan dimakamkan dengan upacara kebesaran di Mesjid Syekh Abdul Qadir Jailani di Kota Baghdad, Irak. Makam Dahlan Abdullah di sana hingga kini menjadi simbol tali persahabatan antara Indonesia dan Irak sebagaimana pernah disampaikan Haji Agus Salim.
Menurut Ketua Penyelenggara Simposium Nasional yang juga cucu H Baginda Dahlan Abdullah, Iqbal Alan Abdullah, simposium nasional ini merupakan bagian dari proses pencalonan pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk Baginda Dahlan Abdullah yang diusulkan Pemerintah Kota Pariaman dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat kepada pemerintah pusat.
"Dalam simposium ini, nanti akan diserahkan usulan pemberian gelar pahlawan nasional untuk H. Baginda Dahlan Abdullah dari Pemkot Pariaman dan Pemprov Sumatera Barat kepada Kementerian Sosial RI,” kata Iqbal Alan Abdullah.
Dikatakan, keinginan masyarakat Pariaman untuk mengajukan gelar pahlawan nasional untuk H. Baginda Dahlan Abdullah sudah bergulir sejak 10 tahun lalu, namun saat itu terkendala minimnya bahan tentang H Baginda Dahlan Abdullah yang terungkap. Baru 5 tahun lalu semakin intensif setelah Dr Suryadi yang bekerja di Universitas Leiden dan juga berasal dari Pariaman, tertarik untuk melakukan penelitian.
Pakar Biacara Soal Dahlan Adbullah
Hadirnya pembicara seperti Dr Harry Pooze dari Belanda menjadi penting karena selama ini, Dr Pooze sangat intens melakukan penelitian tentang Indonesia maupun tokoh-tokoh penting Indonesia baik dalam perintisan kemerdekaan, saat perjuangan kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan.
“Dalam hal ini, Dr Pooze juga memiliki sejumlah penelitian yang terkait dengan H. Baginda Dahlan Abdullah yang sangat penting diketahui generasi Indonesia saat ini,” ujar Iqbal Alan Abdullah.
Demikian juga dengan kehadiran Prof Dr Susanto Zuhdi, yang memaparkan mengenai peran diplomat dalam pegerakan perintisan maupun kemerdekaan Indonesia, serta Prof Dr Mestika Zed; dan Prof Dr Phil Gusti Asnan yang membidik peranan putera Sumatera Barat dalam sejarah Indonesia.
"Kebetulan Dr Suryadi itu juga berasal dari Pariaman sama seperti Dahlan Abdullah, dan bahkan posisinya saat ini sama persis seperti posisi Dahlan Abdullah di Universitas Leiden satu abad lalu," kata Iqbal Alan Abdullah.
Sementara itu, Dr Suryadi, mengatakan Dahlan Abdullah tidak hanya aktif dalam dunia politik untuk memperjuang kemerdekaan Indonesia – beliau juga pendiri organisasi ‘Soematra Sepakat’ yang menghimpun mahasiswa – mahasiswa di Pulau Sumatra yang belajar di Negeri Belanda.
"Tetapi dalam bidang kesenian yang mempertunjukan kesenian Indonesia di berbagai kota di Belanda. Misalnya, ia terlibat dalam pembentukan grup kesenian ‘Mudato’ sempena perayaan 10 tahun Boedi Eotomo di Den Haag pada 20 Mei 1918," kata Suryadi.
Sementara itu, Staf Ahli Kementerian Luar Negeri Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia, Ninik Gunaryati mengatakan, pemerintah harus memberikan upaya dan apresiasi kepada masyarakat untuk mengangkat dan menghargai jasa-jasa orang yang berjasa di Indonesia.
"Kebetulan pada Baginda Dahlan adalah orang yang berjasa di bidang diplomasi tentu saja di bidang luar negeri akan sangat beruntung apabila usulan diluruskan bersama. Kita tahu bahwa beliau pernah menjadi duta besar di Irak pada tahun 50-an dan beliau yang pertama kali menggunakan kata 'we indonesia'. Disinilah peran diplomasi publik yg memperkenalkan kata Indonesia di luar negeri," ujarnya.
Ia pun menjelaskan, proses diangkatnya Dahlan Abdullah harus sesuai prosedur dan dirinya belum mengetahui kapan hal itu terwujud. Namun, ia mendapatkan informasi pemberian gelar pahlawan nasional dilakukan pada November tahun ini.
"Katanya November nanti sudah ada informasi. Mudah-mudahan cepat. Makanya ini dilakukan simposium agar mendapatkan masukan tanggapan terhadap masyarakat luas terhadap beliau dan menguatkan beliau adalah diplomat yang sangat berjasa di Indonesia," ujarnya.
Dedikasi Dahlan Abdullah untuk Indonesia
Puteri Dahlan Adbullah, Dr Gandasari Abdullah Win pun mengaku sangat terharu dengan simposium dan wacana akan diberikan gelar pahlawan nasional terhadap ayahnya.
"Saya sangat terharu apalagi melihat tampang ayah. Saya sangat terharu atas usaha negara kita untuk membangkitkan, bukan hanya ayah saya saja tapi juga perintis-perintis sebelumnya," ujarnya.
Ia pun mengingatkan, Indonesia berdiri bukan pada tahun 1945 saja. Namun sudah lama jauh sebelum kemerdekaan ada kata Indonesia. Terkait sosok sang ayah, ia pun bercerita baginya ayahnya adalah seorang pekerja keras dan hidupnya didedikasikan sepenuhnya terhadap bangsa Indonesia.
"Setau saya waktu itu saya msh kecil, hampir tiap hari beliau rapat dinas dan rapat bekerja demi pendirian negara ini," katanya.