Perjuangan Baginda Dahlan Abdullah, Diplomat Asal Pariaman
- Wikipedia.org
VIVA.co.id – Perjuangan tokoh perintis kemerdekaan Indonesia asal Sumatera Barat, H Baginda Dahlan Abdullah, akan disimposiumkan di Jakarta, Rabu 15 Maret 2017. Dalam simposium itu akan diserahkan usulan pemberian gelar pahlawan nasional untuknya dari Pemkot Pariaman dan Pemprov Sumatera Barat kepada Kementerian Sosial.
"Keinginan masyarakat Pariaman untuk mengajukan gelar pahlawan nasional H Baginda Dahlan Abdullah sudah bergulir sejak 10 tahun lalu," kata Iqbal Alan Abdullah, Ketua Penyelenggara Simposium Nasional dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id.
Iqbal menjelaskan, meski keinginan itu sudah sejak 10 tahun lalu namun terkendala miniminya bahan tentang Dahlan Abdullah. Baru lima tahun lalu semakin intensif setelah Dr Suryadi yang bekerja di Universitas Leiden yang juga berasal dari Pariaman tertarik melakukan penelitian.
Ketokohan Dahlan Abdullah juga mengundang peneliti kawakan dari Leiden, Harry Pooze, untuk membahas. Menurut Iqbal, Pooze memiliki sejumlah penelitian terkait Baginda Dahlan Abdullah.
Pooze akan menjadi pembicara kunci dalam simposium yang juga menghadirkan sejumlah pakar sejarah, antara lain Guru Besar Sejarah UI Susanto Zuhdi, Guru Besar Sejarah Unand Mestika Zed, Gusti Asnan, serta penulis buku "H Baginda Dahlan Abdullah" dari Universitas Leiden Belanda Suryadi.
"Simposium juga menghadirkan putri Dahlan Abdullah, Dr Gandasari Abdullah Win, Profesor Emeritus, yang akan menyampaikan sambutannya berjudul My Father," kata Iqbal.
Siapa Baginda Dahlan Abdullah
Dahlan Abdullah lahir di Pasia, Pariaman, Sumatera Barat pada 15 Juli 1895. Dahlan merupakan teman sekelas Tan Malaka di Sekolah Raja di Fort de Kock (sekarang: Bukittinggi). Dahlan kemudian melanjutkan studi di Belanda pada 14 Oktober 1913.
Berdasarkan penelitian Suryadi sebagaimana dituturkan Iqbal, Dahlan tercatat aktif dalam dunia politik dan menghimpun mahasiswa-mahasiswa asal Sumatera yang belajar di Negeri Belanda memperjuangkan kesenian Indonesia.
Baginda Dahlan Abdullah disebut sebagai orang Indonesia pertama yang menggunakan kata ‘Indonesia’ dan ‘orang Indonesia’ dalam konteks wacana politik di Negeri Belanda. Itu disampaikan dalam sebuah ceramah publik yang bernuansa politis dalam rangka lustrum perkumpulan mahasiswa Indologi (Indologenvereeniging) di Leiden pada 23 November 1917.
Setelah pulang dari Belanda, Baginda Dahlan Abdullah terlibat di banyak kegiatan politik. Dahlan Abdullah dalam Kongres Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Politiek Kebangsaan Indonesia (PPPKI) di Solo akhir Desember 1929, Serikat Sumatera (Sumatranen Bond), anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) bersama dengan Muhammad Yamin, BR Motik, dan aktivitas lainnya.
Sebelum ditunjuk Bung Karno menjadi duta besar, Baginda Dahlan Abdullah juga pernah tercatat sebagai Wali Kota Jakarta tahun 1942 (istilah waktu itu adalah Tokubetu Huku Sitjoo atau Wakil Khusus Balaikota Jakarta).
"Dia juga pernah dipenjara NICA (Netherland Indies Civil Administration) tahun 1945 karena sikapnya tidak mau kompromi dengan pemerintah kolonial," Iqbal menjelaskan.
Kiprahnya dalam dunia pendidikan di Indonesia, antara lain menjadi salah seorang yang ikut mendirikan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta melalui rapat Masyoemi tahun 1945, bersama dengan tokoh besar lain seperti KH Abdul Wahid, KH Bisri, KH Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, KH Mas Mansur, KH Hasyim, KH Faried Ma’ruf, KH Abdul Mukti, KH Imam Ghazali, Dr. Soekiman Wirjosandjojo, Wondoamiseno, Anwar Cokroaminoto,Harsono Cokroaminoo, Mr. Moch. Roem, dan lainnya.