Mubazir, Operasional Jembatan Timbang Dihentikan Sementara
- ANTARA FOTO/Reno Esnir
VIVA.co.id – Direktur Jenderal Perhubungan Darat dari Kementerian Perhubungan, Pudji Hartanto, hari ini meresmikan “Program Truk Pelopor Keselamatan.” Program ini ditujukan untuk kepada para pengemudi dan pengusaha Truk angkutan agar lebih memperhatikan aspek-aspek keselamatan dan keamanan berlalulintas.
Namun, Pudji sempat menyoroti aspek aspek keselamatan yang sampai saat ini masih sering terjadi pelanggaran pelanggaran yang terlihat. Yang ia soroti adalah banyaknya pelanggaran berat angkutan.
"Salah satu masalah yaitu overload, itu sudah sering kelihatan. Kenapa? Karena jembatan timbang belum berfungsi optimal" ujar Pudji.
Untuk itu, ia menginstruksikan bahwa Jembatan Timbang tipe A akan dikelola oleh pemerintah pusat. "Jembatan timbang adalah tanggung jawab saya," tambahnya.
Mantan Kakorlantas Polri ini mengatakan, pengoperasian jembatan timbang akan dihentikan untuk sementara waktu. Penghentian dilakukan karena keberadaan jembatan timbang yang dianggap mubazir dan akan diinventaris ulang oleh pemerintah.
"Jembatan timbang saat ini kita stop, ada 141 jembatan timbang di Indonesia. Sedang kita konsolidasi, kita inventarisir ulang, karena banyak yang mubazir," ujarnya.
Nantinya, menurut Pudji, ada sembilan jembatan timbang yang akan dijadikan pilot project. "Kita fokuskan hanya untuk betul-betul strategis dan 9 pilot project jembatan timbang untuk dikembangkan, lokasinya ada di berkas saya," terang mantan Kapolda Sulsel ini.
Truk Pelopor
Kementerian Perhubungan sebelumnya meresmikan program truk pelopor Keselamatan Lalulintas di Jakarta International Container Terminal (JICT), di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin, 13 Maret 2017. Program Pelopor ini ditujukan bagi truk logistik di JICT dan bertahap akan dilakukan bagi seluruh truk yang beroperasi.
Program ini diresmikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Pudji Hartanto, mewakili Menteri Perhubungan , Budi Karya Sumadi yang dijadwalkan hadir. Puji menyambut positif gerakan yang dibentuk bersama Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia ini.
Dalam program ini, truk yang beroperasi di JICT ditempeli stiker pelopor keselamatan. Para pengemudi juga diwajibkan mengenakan seragam serta alat pelindung diri. Para pengemudi dan kernet juga diberikan asuransi jiwa untuk lebih menjamin keselamatan mereka dalam bertugas.
"Bertahap nantinya truk lain diluar JICT juga akan kita terapkan program yang sama," ujarnya. (ren)