Kapolres Sampai Jadi Sopir akibat Angkot Mogok di Malang
- VIVA.co.id/Lucky Aditya
VIVA.co.id - Ratusan sopir angkutan kota (angkot) masih mogok beroperasi di Kota Malang, Jawa Timur, sejak Senin, 6 Maret 2017. Mereka menuntut Pemerintah Kota menertibkan angkutan berbasis aplikasi online, seperti Gojek, Grab, dan Uber.
Aksi mogok kolosal alias besar-besaran yang sudah tiga hari itu melumpuhkan sistem transportasi publik dalam kota di Malang. Aktivitas warga, seperti pekerja dan pelajar, terganggu karena mereka tak dapat mengakses transportasi publik ke tempat tujuan.
Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengerahkan kendaraan operasional mereka untuk mengangkut warga, misalnya, ke tempat bekerja atau sekolah.
Kepala Kepolisian Resor Kota Malang, Ajun Komisaris Besar Polisi Decky Hendarsono, bahkan memerintahkan anak buahnya menjadi sopir dadakan untuk mengantar warga beraktivitas. Dia juga turut menjadi pengemudi dadakan untuk melayani masyarakat.
Dengan mobil patroli milik Polres Kota Malang, Decky menawarkan jasa antar dan jemput kepada calon penumpang. Ia mengantar dengan rute Stasiun Kota Baru ke Terminal Landungsari.
"Saya tidak ingin hanya memerintah, tapi juga memberi contoh ke anggota dan masyarakat. Meski saya pucuk pimpinan, punya kepedulian buat masyarakat. Dan kebetulan kurang armada," kata Decky pada Rabu, 8 Maret 2017.
Dia mengantar jemput warga mulai pukul 06.30 WIB hingga 10.00 WIB, waktu banyak pelajar dan pekerja bergantung jasa angkot. Meski panas Matahari menyengat, ia ikhlas melakukannya demi masyarakat.
"Insya Allah, kalau harus melakukan itu, ya, saya lakukan lagi besok. Saya harap (aksi mogok para sopir angkot) segera diakhiri karena ini tidak kondusif; merugikan masyarakat. Sopir juga kasihan mau narik tidak bisa, mau makan juga tidak bisa, tidak ada penghasilan," ujar Decky.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Polres Kota Malang, Ajun Komisaris Polisi Nunung Angraeni, menjelaskan bahwa seluruh kendaraan operasional polisi dikerahkan untuk melayani masyarakat sejak pagi hingga petang.
"Mulai bus, truk, mobil patroli, hingga motor patroli. Bahkan sebagian anggota yang mempunyai mobil atau motor juga diminta mengangkut penumpang," kata Nunung.
Ratusan sopir angkot mogok besar-besaran di Kota Malang pada Senin lalu. Para pengemudi angkot semua jurusan itu kompak tak beroperasi dan memilih berunjuk rasa di depan Balai Kota. Mereka menuntut Pemerintah Kota melarang Gojek, Uber, dan Grab.
Demonstrasi dipusatkan di depan Balai Kota Malang. Namun sebagian di antara mereka memblokade sejumlah lokasi pemberhentian, misal, Jalan Trunojoyo atau depan Stasiun Kota Baru dan Jalan Merdeka Utara atau bundaran Alun-alun Merdeka. (Baca: Kota Malang Lumpuh akibat Aksi Mogok Kolosal Sopir Angkot)