Wabah Campak Menyerang Orang Rimba

Orang Rimba.
Sumber :
  • Capture TvOne

VIVA.co.id – Kasus wabah campak yang menyerang Orang Rimba telah menyebabkan pemukiman Terap, pinggir Taman Nasional Bukit Dua Belas, Kecamatan Bathin XXIV, Batanghari, Jambi, menjadi lengang.

Empat Provinsi di Indonesia dengan Nol Kasus Corona COVID-19

Dari 166 kepala keluarga yang tinggal di wilayah itu, sudah hampir sepertiganya keluar hutan untuk mendapatkan perawatan di beberapa rumah sakit.

Saat ini, Orang Rimba yang dirawat menyebar di tiga rumah sakit, yakni Raden Mattaher di kota Jambi, Rumah Sakit Haji Abdul Majid Batoe Muara Bulian dan Rumah Sakit Chatib Quswain Sarolangun.

8 Mitos Vaksin di Balik Wabah Campak: Autisme hingga Konspirasi Barat

Hingga hari ini, masih ada 26 orang yang dirawat di tiga rumah sakit tersebut. Orang Rimba yang masih tinggal di dalam TNBD berharap, ada bantuan untuk mencegah penularan penyakit yang mewabah.

"Kami kepepeningon, benyok nang sakit, lari keluar rimba (kami pusing, banyak yang sakit, lari keluar rimba untuk mencari pengobatan),“ kata Menti Ngelembo, salah satu pimpinan Kelompok Orang Rimba Terap, Minggu 26 Februari 2017.

Begini Cara Agar Orang Rimba Bisa Naik Kelas

Ia mengatakan, sekitar 20 kepala keluarga saja yang tinggal di dalam, dan masih belum terkena penyakit campak. “Kami dengar campak nio bisa dicegah dengan imunisasi. Kalau urang desa dapot imunisasi, ngapo kami orang rimba hopi dapot imunisasi (kami dengar campak ini bisa dicegah dengan imunisasi. Kalau orang desa dapat imunisasi, kenapa kami tidak?)," ujarnya, mempertanyakan.

Ngelembo berharap, pemerintah tergerak untuk mengunjungi dan memberikan imunisasi kepada Orang Rimba lainnya yang belum terkena wabah campak. Penyakit yang mewabah menyebabkan dampak lain kepada anggota kelompok Orang Rimba, yaitu mereka kesulitan untuk mencari bahan pangan.

Kami sibuk keluar rimba membawa nang sakit, hopi ado waketu mencari, kami kesulitan pemakon (kami sibuk membawa yang sakit keluar rimba untuk berobat ke rumah sakit, tidak punya waktu untuk bekerja dan mencari buruan, kami kesulitan mendapatkan bahan pangan),” tutur dia.

Posko kesehatan

Menurut Ngelembo, membawa Orang Rimba berobat keluar butuh perjuangan berat. Apalagi, pada musim hujan saat ini, di mana jalanan penuh dengan lumpur. Mobil sangat sulit masuk. Terpaksa terlebih dahulu berjalan kaki ataupun menggunakan motor.

Kalau dulu kito nang naik kotor musim hujan macam ko bisa motor naik kito, nang sakit makin sakit dengan kondisi mumpa nio (kalau dahulu kita naik motor, kalau sekarang motor yang kita harus dorong dan panggul. Sehingga orang yang sakit semakin parah sakitnya dengan kondisi yang seperti ini)," terang Ngelembo.

Menurut Asisiten Program Pemberdayaan Komunitas Konservasi Indonesia, Ade Chandra, pihaknya sudah menyampaikan persoalan Orang Rimba ke Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Mereka menjanjikan untuk membuat posko kesehatan di shelter Terap, kerja sama WARSI dan Puskesmas Bathin XXIV, untuk mengatasi kondisi darurat campak pada Orang Rimba.

"Sedangkan untuk jangka panjang dijanjikan akan ditempatkan tenaga medis di shelter. Sehingga, Orang Rimba lebih mudah untuk menjangkau layanan kesehatan. Kami harapkan janji dinas ini benar-benar bisa direalisasikan," ungkap Ade. (asp)

Ilustrasi mengajar anak Orang Rimba di Jambi.

Pentingnya Pendidikan untuk Orang Rimba Jambi

Pemerataan pendidikan menjadi salah satu fokus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia di Nusantara.

img_title
VIVA.co.id
29 September 2021