Permainan Tradisional Anak Mulai Punah
- Antara/Yudi Mahatma
VIVA.co.id – Permainan tradisional anak di Indonesia kian hari tinggal menunggu kepunahan. Mainan ini dipaksa kalah oleh persaingan modal dari gempuran industri permainan modern, dengan daya promosinya yang besar-besaran, berhasil merebut hati anak anak.
Tak heran jika kemudian, permainan tradisional anak kian meredup lalu dilupakan, dan barangkali menjadi mitos di masa mendatang. Pemerintah disebut-sebut punya andil penting untuk tak hanya membangkitkan tapi juga melestarikan mainan tradisional yang merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
“Karena pemerintah yang punya peran. Kalau pemerintah mendukung kalau membiayai, kita bisa buat (pameran) lagi. Nanti kita bisa buat lagi di tempat-tempat lain," ungkap Endi Aras pendiri komunitas Gudang Dolanan, di Jakarta, Rabu malam, 22 Februari 2017.
Gudang Dolanan sendiri ialah sebuah komunitas pengoleksi sekaligus pelestari sejumlah mainan anak tradisional. Komunitas ini mengoleksi ratusan mainan dari seluruh Indonesia.
Endi melanjutkan, tidak hanya sekadar dana yang mesti diberikan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan mainan tradisional ini. Informasi tentang sejarah mainan tradisional menurutnya juga penting disebarluaskan ke seluruh masyarakat di Indonesia.
"Dukungan itu terutama dana dan informasi, informasi itu penting karena tidak semua kita mengenal permainan tradisional kalau pemerintah daerah bisa mendukung bisa lebih baik," katanya.
Dia juga menekankan, semestinya orang tua, sebagai tempat anak pertama belajar, juga mesti banyak mencari tahu tentang asal muasal dan filosofi sebuah permainan tradisional. Menurutnya, hal ini menjadi penting, agar mainan yang merupakan kekayaan budaya bisa diturunkan ke generasi berikutnya dan terus lestari.
"Orang tua seharusnya banyak membaca, mau mengajarkan itu kepada anaknya. Karena itu tadi, kalau hilang, nilai itu hilang, seperti kejujuran sportivitas kesederhanaan," katanya.
Dia melanjutkan, kesibukan orang tua zaman sekarang, membuat tidak punya cukup waktu untuk mengenalkan, lebih-lebih mengajarkan, cara bermain sebuah permainan tradisional.
"Waktunya orang tua sudah habis, tidak punya waktu lagi untuk mengajari anaknya. Orang tua sudah sibuk dengan gadget, ibunya main WA (Whatsapl), anak main BBM, sudah tidak komunikasi," katanya.