Wabah Campak Serang Orang Rimba Jambi
- VIVAnews/Ramond Epu
VIVA.co.id – Belasan warga Suku Rimba di Jambi terserang wabah campak. Tujuh orang dilarikan ke RS Raden Mattaher dan empat lainnya dirawat di RS Haji Abdul Majid Batoe, Muara Bulian.
Menurut Yomi Rivandi, fasilitator kesehatan Orang Rimba dari Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, yang dilarikan ke RS adalah mereka yang kondisinya sudah parah.
"Sedangkan di kelompok asal, kami upayakan untuk mencegah penularan ke anggota kelompok lainnya, terutama dengan penanganan pasien demam," katanya, Selasa, 14 Februari 2017.
Warga Suku Rimba yang terjangkiti wabah campak ini, diketahui dari dua kelompok, yakni kelompok Orang Rimba Terap di Kabupaten Batanghari dan Sepintun dari Kabupaten Sarolangun.
Menurut Yomi, mereka yang terkena campak, mayoritas adalah anak-anak. “Sejak di rawat Jumat lalu, kondisi mereka sudah mulai membaik, namun Tumenggung yang masih perlu penanganan lebih lanjut karena terindikasi selain campak juga terserang bronkopneunomia (radang paru)," katanya.
Dikatakannya, Orang Rimba merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap campak sehingga bisa menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain. Salah satu penyebabnya selama ini belum dapat imunisasi campak, imunisasi wajib yang menjadi program pemerintah.
Akibatnya campak yang menyerang Orang Rimba bisa saja menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain, bahkan bisa menimbulkan kematian.
"Dengan kondisi Orang Rimba yang berkelompok sangat mungkin mereka tertular satu sama lain. Untuk itu sangat penting adanya pemisahan dan pengobatan intensif pada kelompok Orang Rimba yang anggota kelompoknya sudah terjangkit,” katanya.
Metode Cenenggo
Sejauh ini, untuk mereka yang sudah terjangkiti, seperti di kelompok Terap. Yomi menyebutkan selain melakukan penanganan medis, juga dilakukan dengan penanganan tradisional.
Yang dikenal dengan istilah sesandingon atau memisahkan diri dari yang sakit yang diistilahkan dengan cenenggo atau ber-cenengg.
Istilah ini secara luas juga bisa diartikan sebagai kelompok yang terserang penyakit. Untuk mengatasinya mereka selalu berhati-hati melakukan kontak dengan siapa saja. Baik dengan masyarakat desa maupun dengan Orang Rimba yang berasal dari kelompok lain ataupun yang baru melakukan kontak dengan orang dusun.
Biasanya cenenggo dan sesandingon dilakukan dengan menempatkan orang-orang yang sakit terpisah dengan yang masih sehat. Namun keluarga inti biasanya masih akan menyertai yang sakit, sehingga kemungkinan tertular masih sangat mungkin terjadi. Dengan melihat ini penanganan dengan cara pengobatan dan pemberian imunisasi masih sangat perlu dilakukan.