Kota Lama Semarang Jadi Rujukan Sawahlunto Soal Cagar Budaya

Rombongan Wali Kota Sawahlunto belajar pengelolaan wisata Kota Lama Semarang
Sumber :
  • Viva.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id – Wisata sejarah Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, akan segera diakui sebagai warisan sejarah dunia oleh United Nations Organization for Education, Science and Culture (UNESCO) pada 2020. Pengelolaan kawasan cagar budaya peninggalan kolonial Belanda itu kini menjadi rujukan sejumlah daerah di Indonesia.

Persoalan Bangunan Tugu Hotel Tua Jakarta Disorot, Ini Alasannya

Salah satu yang giat belajar pengelolaan wisata sejarah di Kota Lama adalah Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Wali Kota Sawahlunto, Ali Yusuf, bersama rombongan sengaja menyambangi wisata kota berjuluk Kota Lumpia itu.

Mereka secara langsung bertemu dengan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, dan melihat lebih dekat Kota Lama, sebagai cagar budaya yang akan segera mendunia. Dalam kesempatan itu, Ali menyebutkan bahwa Semarang dan Sawahlunto telah ditetapkan secara nasional sebagai kota bercagar budaya.

Hilmar Farid: PR Kita Masih Banyak Terutama Soal Perlindungan Cagar Budaya

Banyaknya kesamaan kontur budaya juga menginisiasi Sawahlunto mendaftarkan cagar budaya mereka ke UNESCO. “Kami ingini berbagai informasi guna memenuhi kebutuhan administrasi yang dipersyaratkan oleh UNESCO bulan November 2017 di Prancis,” kata Ali, Sabtu, 11 Februari 2017.

Dia mengaku cukup mengagumi Kota Semarang memiliki managemen pemerintah dalam mengelola Kota Lama yang baik hingga menjadi destinasi unggulan. Bahkan, sektor swasta yang ikut berpartisipasi mengelola.

Tiket Museum Terlalu Murah, Pengunjung Bakal Dapat Pengalaman Murahan? Penggiat Angkat Bicara!

“Bangunan yang ada di Kota Lama Semarang ini unik. Adanya pihak swasta yang rela berkorban mencurahkan pikiran dan tenaganya mengelola Kota Lama menjadi kelebihan Kota Semarang,” ujarnya.

Dia menyebut, kondisi budaya di Kota Sawahlunto pun hampir sama dengan Kota Semarang. Sawahlunto memiliki beragam etnis dan budaya paska penjajahan kolonial Belanda pada masa lalu.

“Sebanyak 30 persen masyarakat kami berasal dari Sulawesi, 2 persen berasal dari Jawa dan Bali. Ini merupakan cikal bakal bagi Sawahlunto untuk bersinergi dalam keberagaman suku budaya, " ucap dia.

Sementara Hendrar mengatakan, Kota Semarang dan Sawahlunto mewakili Indonesia sebagai kota yang tengah berproses di UNESCO terkait warisan cagar budayanya. Selama ini, pengelolaan Kota Lama melibatkan swasta yang tergabung dalam Badan Pengelola Kawasan Kota Lama atau BP2KL.

Tim BP2KL terus bekerja untuk membuat standar operasional prosedur (SOP), penataan, penginventarisir bangunan dalam rangka penghidupan kembali kawasan bersejarah tersebut.

“Tapi kami tidak buru-buru karena revitalisasi Kota Lama sebagai bangunan cagar budaya tersebut tidak hanya terkait bangunan fisik semata, melainkan bagaimana cagar budaya tersebut dapat mengangkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,” kata Hendrar. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya