Makna Burung Pipit dalam Perayaan Imlek
- VIVA.co.id/Yasir
VIVA.co.id - Perayaan Imlek bagi etnis Tionghoa tak hanya identik dengan saling memberi angpao. Warga Tionghoa biasanya juga melepas burung pipit saat menyambut tahun baru China itu.
Menurut pengurus Kelenteng Xian Ma, Rubiyanto, melepas burung pipit memiliki arti khusus dalam kepercayaan warga Tionghoa. Ritual melepas hewan ke alam liar ini dipercaya memberi pengaruh pada peruntungan dan kehidupan.
Ritual melepas burung pipit harus dilakukan dengan sikap welas asih guna menjaga keseimbangan alam. Artinya, kata Rubiyanto, berbelas kasih, bersependerita dan sepenanggungan harus terasa antarsesama makhluk hidup.
“Burung pipit ini akan dilepas tepat pada saat perayaan Imlek. Sebagai simbol memohon ampunan pada yang kuasa,” kata Rubiyanto kepada VIVA.co.id saat ditemui di Kelenteng Xian Ma, Jalan Sulawesi, Kota Makassar, pada Jumat, 27 Januari 2017.
Ia mengatakan, berdasarkan kisah yang ditulis dalam kitab Lie zi, tradisi membeli dan melepaskan binatang atau yang juga dikenal dengan sebutan Fang Sheng itu sudah dilakukan sejak 2.300 tahun silam di daratan Tiongkok.
Lima ribu pipit
Kebiasaan itu kini dimanfaatkan masyarakat yang tinggal di sekitar Jalan Sulawesi yang merupakan kawasan yang paling banyak dihuni warga Tionghoa. Pada momen-momen tertentu, mereka menjual burung pipit di sekitar vihara atau kelenteng untuk keperluan ritual Fang Sheng.
Salah satunya seperti yang dilakukan Daeng Liwang. Menyambut tahun ayam api kali ini, ia sengaja berjualan ratusan burung pipit sejak Senin lalu.
Liwang bercerita, sejak tiga hari terakhir, penjualan burung jenis pipit dagangannya melonjak hingga 10 kali lipat. Di hari biasa, Liwang hanya bisa menjual 100 hingga 300 ekor burung pipit di depan sekolah-sekolah.
"Seminggu ini sudah ada sekitar lima ribu ekor yang laku. Karena sehari bisa sampai dua atau tiga kali pulang balik cari burung," kata Liwang yang berjualan di sekitar Kelenteng Xian Ma.
Pelepas dosa
Burung pipit itu, kata Liwang, ia tangkap bersama rekan-rekannya hingga ke luar Kota Makassar. Menggunakan jala atau jaring khusus yang lebar, Liwang mencari burung pipit di kawasan persawahan di Kabupaten Jeneponto atau di Kabupaten Takalar.
"Rezeki musiman, namanya juga usaha. Bahkan saya sampai di daerah Bangkala (Jeneponto), untuk mengumpulkan burung, yang mitosnya orang sini bilang sebagai pelepas dosa," kata Liwang.
Dia menjual burung pipit itu seharga Rp3.000 per ekor. Harga itu hanya khusus jelang Imlek. Kalau hari-hari biasa, hanya dijual Rp1.000 per ekor. Dia bersyukur meraup untung berlipat-lipat selama masa perayaan Imlek ini. (one)