Tim Monitor Antraks di Yogya Tak Boleh Kembali ke Jakarta
VIVA.co.id - Kementerian Pertanian terus memonitor memonitor satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menangkal penyebaran penyakit antraks. Monitoring dilakukan tim khusus, yang hingga kini masih siaga di posko penanganan antraks di Yogyakarta.
"Kita terus monitor di semua kabupaten di Yogyakarta. Dan, enggak ada batasan waktu. Bahkan, kami pantau terus, tim kita minta standby (siaga) dan enggak boleh kembali ke Jakarta. Kalau perlu oplosan (bertugas secara bergantian)," kata Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, di Klaten, Jawa Tengah, Rabu 25 Januari 2017.
Berdasarkan laporan terkini, wilayah yang sebelumnya terdeteksi bakteri antraks telah dinyatakan aman. Hal itu, setelah tim khusus memusnahkan sapi yang dicurigai terinfeksi bakteri antraks.
"Saat ini, negatif dan aman terkendali. Maka, masyarakat tak perlu khawatir. Penanganan cepat seperti virus rabies di Pontianak dulu, yang cepat kita tangani," ujarnya.
Khusus di lokasi keberadaan sapi penyebab antraks, menteri Amran memastikan telah melakukan upaya isolasi, agar bakteri Bacillus anthracis tak menyebar atau meluas. Ditambah, pemusnahan sapi-sapi yang dicurigai diserang penyakit.
Dugaan penyebaran penyakit antraks dimonitor berada di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada awal sampai pertengahan Januari 2017.
Kasus itu bermula dari laporan sebanyak 16 orang warga di Dusun Nroto dan Ngaglik di Desa Purwosari, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terjangkit antraks. Temuan penyakit yang kerap menyerang hewan ternak itu terungkap dari pemeriksaan seorang warga setempat yang terluka dan terinfeksi bakteri Bacillus antrachis. (asp)