Ketua GNPF: Pemimpin Harus Dekat Rakyat
- VIVA.co.id/ Syaefullah.
VIVA.co.id – Pelaksanaan salat subuh berjamaah di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta dengan agenda Tabligh Akbar Politik Islam (TAPI) berlangsung lancar. Puluhan ribu umat Islam memadati masjid yang menjadi simbol pergerakan dan perjuangan umat tersebut sejak malam hari hingga terbitnya matahari, Minggu 15 Januari 2017. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Pengajian Politik Islam (PPI) dengan tema "Memilih Pemimpin Muslim".
Pendiri PPI, KH Kholil Ridwan, mengatakan, masjid harus menjadi pusat kajian dan gerakan umat Islam sehingga wacana kebangkitan Islam harus dihidupkan di masjid-masjid, baik itu wacana berbau politik, ekonomi, dan semua sektor kehidupan umat.
“Karena itulah, pengajian politik Islam ini digelar bersamaan dengan subuh berjamaah di Masjid Agung Al-Azhar,” ujar Kholil Ridwan melalui keterangan tertulis kepada VIVA.co.id.
Hadir sebagai pembicara Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) KH Bachtiar Nasir, Wasekjen MUI KH Tengku Zulkarnain, dan Sekretaris GNPF MUI KH M Alkhattath. Hadir juga Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, sementara Calon Gubernur Agus Harimurti Yudhoyono diwakili pasangannya Sylviana Murni.
Namun, pendamping Agus itu lebih awal meninggalkan acara sehingga tidak menyampaikan orasi sebagaimana dijadwalkan. Kepada para calon pemimpin Islam yang akan ikut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), KH Bachtiar Nasir berpesan agar dekat kepada umat.
Menurut dia, jika para pemimpin muslim dekat kepada umat, maka mereka tidak perlu takut kehilangan logistik sehingga mereka tidak perlu mengabdi kepada pemilik modal. “Anda bisa menyelenggarakan negara. Anda bisa memimpin pakai duit rakyat. Caranya harus dekat kepada rakyat. Pemimpin yang tidak dekat rakyat tidak ada apa-apanya,” ungkap Bachtiar Nasir.
Dia menegaskan, uang rakyat mungkin tidak besar tapi berkah. Sementara banyak pemodal berani menggelontorkan dana besar untuk pilkada tetapi kualitasnya diragukan. Belum lagi imbasnya berupa politik balas budi sehingga rawan terjadi penyelewengan yang merugikan rakyat.
Menurut dia, saat ini umat Islam telah diberikan izzahnya, dipersaudarakan, dan dipersatukan. Karenanya, para pemimpin muslim harus dekat dengan umat untuk mendapatkan dukungan lebih luas dan ini jauh lebih kuat.
“Sekarang terjadi cross culture, lupa sekat, dan keinginan bersatu begitu kuat,” tegas pimpinan AQL Islamic Center ini.