Wapres JK Minta Perpeloncoan di Sekolah Dihentikan
- REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla menyesalkan kembalinya kekerasan di dunia pendidikan. JK, begitu dia biasa disapa, meminta tidak ada lagi perpeloncoan di sekolah, terutama di sekolah kedinasan.
Teranyar, kasus kekerasan di dunia pendidikan menimpa Amirullah Adityas Putra. Taruna tingkat satu di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda itu tewas setelah dipukuli lima seniornya.
"Pemerintah sendiri sudah berkali-kali memerintahkan, memutuskan, tidak ada perpeloncoan. Tidak ada itu perilaku senioritas seperti itu," kata JK di kantornya, Jakarta, Jumat, 13 Januari 2017.
Politikus Partai Golkar ini menjelaskan, meski sekolah pelaut seperti STIP membutuhkan pelatihan fisik, bukan berarti memperbolehkan senior melakukan kekerasan terhadap juniornya.
Sekolah kedinasan, menurutnya, justru harus jauh lebih baik. Sebab, para siswa diasramakan, sehingga mereka mendapat pendidikan disiplin, akademi dan fisik yang baik. "Sekolah seperti ini harus diawasi betul," tegasnya.
Saat ini, penyidik Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara sedang mengembangkan berbagai dugaan terkait kasus kematian Amirullah.
Menurut Kapolres Jakarta Utara, Kombes Pol Awal Chairuddin, Jumat, 13 Januari 2017, penyidik akan menelusuri riwayat hidup kelima pelaku pemukulan itu, terutama riwayat penggunaan narkoba.
"Kami akan periksa urine tersangka, dan kami pastikan apakah mereka memiliki riwayat pemakaian narkotika atau tidak," ujar Awal.
Amirullah tewas dengan luka di bibir bagian bawah dan organ dalam bagian dada. Dia ditemukan mati lemas serta terdapat bintik darah dan resapan darah pada paru-paru, jantung, dan kelenjar liur perut.
Korban diduga dianiaya usai latihan drum band bersama lima taruna tingkat satu lainnya. Alasan pelaku penganiayaan itu seperti ritual serah terima alat drum band kepada para junior.