Warga Pleret Temukan Batu Bangunan Kuno
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id – Warga Dusun Demangan Gunungan, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, Yogyakarta, dikejutkan penemuan batu kuno, yang diduga merupakan bagian dari sebuah bangunan berusia ratusan tahun.
Penemuan batu yang terkubur tanah ini bukan hal baru, karena daerah Pleret memang dikenal sebagai tempat kerajaan Mataram Kuno pernah berdiri.
Penemuan batu jenis andesit bertakik itu berawal ketika Ngajiyono (61 tahun), menggali tanah sawah milik Yanto di Demangan Gunungan, Desa Pleret, untuk bahan baku pembuatan batu bata.
Saat menggali pada Senin sore, 2 Januari 2017, cangkul Tumiyem mengenai sebuah batu berwarna hitam. “Kena yang pojok itu, ya saya kaget, wong di sawah kok ada batunya,” ungkapnya sembari menunjukkan batu persegi empat yang ditemukannya, Rabu, 4 Januari 2017.
Setelah tanah di sekitar batu digali, bentuk batu terlihat berukuran 39 x 47 senitmeter dengan tinggi 26 sentimeter, menempel pada tatanan batu bata kuno berukuran 25 sentimeter.
Ngajiyono kemudian mencoba menggali lagi tanah di samping batu tersebut, dan dia kembali mendapatkan sebuah batu berukuran panjang 80 sentimeter dan tebal 23 sentimeter.
Setelah melihat bentuk batu yang dia temukan, Ngajiyono menceritakan temuan itu kepada seorang warga. Kemudian pada Selasa pagi, 3 Januari 2017, temuan ini dilaporkan kepada pihak berwajib.
“Batu batanya kemarin sempat kena cangkul terus patah, tadi sudah ndak boleh digali lagi sama polisi,” jelasnya.
Sementara itu, saat memeriksa batu tersebut, Koordinator Museum Sejarah Purbakala Pleret, Susanto, menjelaskan batu yang ditemukan itu berjenis andesit.
Susanto yakin batu tersebut merupakan peninggalan purbakala, mengingat bentuk batu yang menyerupai bagian bangunan. Di salah satu batu juga ditemukan takik atau lekukan pada sudutnya.
Susanto juga memperkirakan dua batu andesit warna hitam itu masih berada pada posisi bangunan awal. Sebab susunan batu berukuran besar ini mirip dengan batu bata kuno yang ditemukan di Masjid Kauman Pleret.
“Batu ini seperti masih menempel pada bangunan awal, seperti bekas reruntuhan bangunan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Susanto menjelaskan penemuan benda-benda sejenis memang sering terjadi di wilayah Pleret. Batu andesit tersebut sama jenisnya dengan batu andesit candi di wilayah Piyungan. Sehingga Susanto mengaku harus melakukan penelitian lebih lanjut terkait usia bangunan tersebut.
“Kalau benar ini bagian candi berarti bisa lebih tua dibanding petilasan kerto dan pleret. Tapi Candi di Piyungan sebagian besar juga bukan batu andesit, jadi perlu diteliti lebih lanjut,” katanya. (ase)