Indonesia Belum Bebas Ancaman Bencana di 2017

Salah satu ruas jalan di Kabupaten Pidie Jaya Aceh yang terbelah usai dilanda gempa bumi berkekuatan 6,5 SR pada Rabu (7/12/2016)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

VIVA.co.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana memprediksi masyarakat Indonesia masih belum bebas dari ancaman bencana pada 2017. Hal ini karena mereka tinggal di beragam daerah yang masuk kategori rawan bencana.

Imbas Bencana Alam di Sumut, KPU Catat 110 TPS Susulan dan 6 TPS Lanjutan

"Bencana akan tetap terjadi selama 2017. Besar kecilnya bencana yang ditimbulkan tergantung dari besaran atau magnitude penyebab bencana," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas, BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Kamis, 29 Desember 2016.

Ancaman terhadap bencana ini sesungguhnya bisa diminalisir jika program mitigasi bisa berjalan optimal. "Ini salah satu dampak dari kemampuan mitigasi, baik structural dan non structural kita yang masih terbatas," kata Sutopo.

Menyambut Hari Tata Ruang Nasional : Pentingnya Perencanaan Tata Ruang untuk Masa Depan Indonesia

Berdasarkan data perkiraan kerawanan bencana BNPB, gempa bumi masih mengancam 368 kabupaten/kota se-Indonesia dengan 148,4 juta jiwa. Tsunami mengancam 3,8 juta jiwa di 233 kabupaten/kota. Erupsi gunung api mengancam 75 kabupaten/kota dengan 1,2 juta jiwa. 

Selain itu, banjir mengancam 315 kabupaten/kota dengan 63,7 juta jiwa. Longsor berpotensi terjadi di 274 kabupaten/kota dengan 40,9 juta jiwa. Serta gelombang tinggi dan abrasi mengancam 11,1 juta jiwa di sejumlah daerah pesisir.

Inovasi Baru dalam Mengelola Risiko terkait Perubahan Iklim

Sutopo mengungkapkan, bencana hidrometeorologi yang meliputi banjir, longsor, dan puting beliung, diprediksi masih mendominasi bencana selama 2017. 

"Puncak bencana hidrometeorologi pada Januari-Februari 2017," kata Sutopo.

Untuk gempa, diprediksi terjadi dengan rata-rata 450-500 kejadian gempa di Indonesia setiap bulannya. 

Sutopo pun meminta masyarakat di Indonesia bagian timur untuk lebih waspada, karena memiliki kondisi seismisitas dan geologi yang lebih rumit dengan kerentanannya lebih tinggi.

"Gempa bumi tidak dapat diprediksikan secara pasti dimana, berapa besar dan kapan. Namun diprediksikan gempa terjadi di daerah di Indonesia khususnya di jalur subduksi di laut dan jalur sesar di darat," kata dia.

Sementara untuk tsunami, Sutopo bilang jika gempa lebih dari 7 skala richter dengan kedalaman kurang dari 20 kilometer dan berada di jalur subduksi, maka ada potensi tsunami.

"Tapi kan sistem peringatan dini tsunami sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya," ujar Sutopo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya