Pusat Studi Islam Dibangun di Indonesia untuk Dunia
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Cendikiawan muslim, Komarudin Hidayat mengatakan, salah satu pertimbangan Presiden Joko Widodo dan wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mendirikan Universitas Islam Internasional Indonesia sebagai bentuk kontribusi Indonesia untuk dunia Internasional.
Sebagaimana Indonesia yang dikenal dengan Islam yang moderat di tengah kamajemukan, namun tetap rukun dan toleran, serta damai.
Selain itu, di tengah kondisi di sejumlah negara di Timur Tengah yang tengah dilanda konflik dan banyaknya muncul kelompok-kelompok radikal. Sehingga, dipandang pentingnya peran Indonesia untuk menjadi salah satu peradaban Islam, sehingga bisa mengundang negara-negara lain untuk belajar di Indonesia.
"Salah satu pertimbangannya yaitu, bagaimana islam yang dikenal moderat bisa berkontribusi pada dunia. Terutama, di negara-negara yang sekarang ini radikalisme begitu marak, bagaimana krisis, sehingga orangtua pun was-was mengirimkan anak-anak ke sana (Timur Tengah)," kata Komarudin.
Mantan Rektor UIN Syarief Hidayatullah Ciputat ini menuturkan, banyak saran dan masukan dari sejumlah pihak membuat pusat studi Islam dibuat di Indonesia untuk dunia Internasional. "Dengan mendatangkan profesor-profesor bagus, mahasiswa asing dan indonesia di sini (di indonesia)," ucapnya.
Saat ditanyakan, apakah ini ada kaitannya dengan pencegahan, agar tidak terjadinya penyebaran paham-paham radikal dan terorisme, menurut dia. hal itu konteks yang berbeda. Paham radikalisme bisa dari mana-mana.
"Nah, itu lain lagi. Jadi, kita ingin mengenalkan kontribusi pada dunia. Bahwa Radikalisme di mana-mana ada. Tetapi, di Indonesia itu ruang menyempit. Karena apa, mainstrem di Indonesia Muhammadiyah NU Itu kan jelas sudah final pancasila dan itu moderat. Jadi, sesungguhnya ruang itu semakin menyempit, begitu keamanan polisi intelektual sudah mendukung. Tetapi, ada-ada saja yang lolos," ujarnya.
Selain itu, Wakapolri Komisari Jendral Polisi Syafruddin mengatakan, terkait program pencegahan paham radikalisme pihaknya telah melakukan kerja sama dan berkomunikasi dengan kementerian dan lembaga terkait.
"Ya, itu sudah banyak program ya, progam dari BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), dari Polri, masuk ke kampus-kampus, masuk ke pendidikan menengah, pendidikan dasar, itu sudah ada programnya sudah masuk ke kurikulum, kita kerja samakan dengan Mendikbud, Dikti, dan sebagainya, sudah jalan itu," ujar Syafruddin. (asp)