Mencermati Konsep Smart City Kota Makassar
VIVA.co.id – Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto tampaknya harus semakin giat menyosialisasikan konsep smart city kepada 1,8 juta warganya. Sebab kendati hasil survei Celebes Research Center memperlihatkan warga puas dengan kepemimpinannya selama 2 tahun 7 bulan, tetapi lebih dari setengah penduduk kota Makassar belum mendengar program smart city yang diusung pemerintah kota.
Pemerintah Kota Makassar menamai konsep kota cerdas itu dengan tagline 'Makassar Sombere & Smart City', yang memadukan konsep kota cerdas dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi untuk mewujudkan pelayanan masyarakat lebih baik, dan 'sombere' bahasa lokal yang berarti 'hati'.
"Tidak ada guna teknologi tanpa hati, jadi perlu yang namanya solidarity, humble, dan brotherhood," kata Mohammad Ramdhan Pomanto yang biasa disapa Danny Pomanto dalam Refleksi Akhir Tahun dan Outlook 2017 Kota Makassar.
Untuk mewujudkan kota cerdas, Pemkot Makassar membuat program-program berbasis teknologi antara lain puskesmas digital, di mana warga bisa mendaftar di puskesmas melalui layanan SMS. Data kesehatan masyarakat melalui layanan ini akan terdokumentasi secara lengkap sehingga treatment atau perawatan kesehatan yang diberikan lebih tepat dan akurat.
Program lain adalah Makassar Home Care, layanan kesehatan yang menyasar rumah warga. Jika membutuhkan layanan kesehatan di rumah, warga tinggal menghubungi call center 112 di 'War Room' pemkot. Selanjutnya, call center akan menghubungi puskesmas terdekat agar segera mengirimkan tim 'Dottoro'ta (dokter kita) ke rumah si sakit.
Tim ini terdiri dari tiga orang, yakni dokter, perawat dan seorang sopir kendaraan pintar yang dilengkapi alat USG dan EKG. Mobil Dokter Kita juga memiliki alat diagnosis. Saat ini sudah ada 48 kendaraan Dottoro'ta yang tersebar di 48 puskesmas.
Data terakhir, homecare sudah berhasil menangani 4.205 warga. Sebanyak 60 persen ditangani di rumah, 40 persen dirujuk ke puskesmas. Program lainnya vertical garden, apartemen lorong, dan Badan Usaha Lorong (BULO) yang baru saja diresmikan 19 Desember 2016.
Namun CEO CRC Herman Heizer menyebutkan, dalam survei tentang persepsi publik terhadap pencapaian kinerja Pemerintah Kota Makassar yang dilakukan pada November 2016, 62 persen warga Kota Makassar ternyata belum pernah mendengar program smart city. "Umumnya punya persepsi baik tapi bukan berupa penilaian," kata Herman.
Terkait keberadaan puskesmas digital, misalnya, dari tiga kali survei yang dilakukan pada Juli 2015, April 2016, dan November 2016, tidak ada perubahan signifikan. Angkanya masih rendah, dan responden hanya cenderung mengatakan baik. Soal home care, kendati tingkat keberhasilannya sangat tinggi, masih ada 64 persen warga yang belum mendengar. Begitu pula dengan vertical garden, mayoritas warga belum pernah mendengar. Untuk apartemen lorong, hanya 18 persen warga yang pernah mendengar. Demikian pula dengan BULO yang baru didengar 18 persen warga.
"Mungkin karena ada beberapa program yang memang terhitung baru. Ini menjadi tugas pemerintah kota untuk menyosialisasikan program smart citynya," kata Herman.
Pemkot Makassar sendiri tidak main-main dengan konsep smart city. Untuk mewujudkan kota cerdas, saat ini tengah disusun Perda Kota Dunia yang mengatur masalah layanan terhadap publik dengan melibatkan seluruh SKPD di bawah Pemkot, termasuk nantinya menentukan time respons terkait pelayanan.
War Room
Melengkapi konsep Makassar Sombere & Smart City, Wali Kota Danny juga membangun 'War Room" yang merupakan ruang operasional Pemkot Makassar untuk memerangi masalah-masalah di masyarakat. War Room ini dibangun Agustus 2015 dan mulai beroperasional Desember 2015 . Pemkot dapat memantau kegiatan seisi kota melalui 115 CCTV yang tersebar di lokasi-lokasi strategis dari ruangan ini.
CCTV ini belum ditambah milik provider telekomunikasi sebanyak 23 unit dan 73 titik di jalan tol. Dari 115 CCTV milik Pemkot, hanya 12 unit yang berupa kamera fix. Sisanya bisa diputar-putar dan dizoom hingga 32 kali ukuran sesungguhnya. Salah satu yang jadi titik perhatian Pemkot adalah Lapangan Karebosi, yang kerap menjadi langganan event di kota itu.
Saat ini ada 15 operator yang mengolah data dari masyarakat dan 24 operator call center yang bertugas menerima keluhan masyarakat lewat nomor 112. Fungsi call center lebih pada kondisi darurat, seperti kebencanaan, kriminal dan masalah kesehatan. Dengan call center ini jika ada kondisi darurat kesehatan, masyarakat tidak lagi harus mengontak 48 nomor puskesmas yang ada di Kota Makassar, mereka tinggal menelepon 112.
Menurut Chief of Makassar War Room Denny Hidayat, efek War Room sangat terasa di masyarakat. Jika tahun 2012, masih banyak terjadi pembegalan di berbagai wilayah sudut kota, kini angkanya menyusut jauh. Jumlah warga sakit yang tertangani dengan cepat di rumah juga semakin meningkat.
Untuk tahun 2017, kata Denny, ruang kontrol ini akan mengintegrasikan aplikasi smart city dalam bentuk big data. Nantinya seluruh data dari SKPD, analisa scroolling apa yang dibicarakan masyarakat di media sosial, akan dijadikan sistem pendukung pengambil keputusan pemerintah kota.
Kepuasan Warga
Di luar persepsi soal smart city, sebetulnya mayoritas warga Makassar puas dengan kinerja wali kota. Dalam empat periode survei yang dilakukan CRC pada September 2014, Juli 2015, April 2016, dan November 2016, tingkat kepuasan masyarakat terus naik.
Lebih dari 50 persen responden menjawab cukup puas terhadap pertanyaan 200 pertanyaan menyangkut kinerja wali kota Makassar, seperti pada September 2014 yang angkanya 53,3 persen, Juli 2015 sebanyak 57,1 persen, April 2016 sebesar 68,3 persen, dan November 2016 sebesar 72,6 persen.
Persepsi publik terhadap kondisi keamanan menunjukkan 58,6 persen menilai semakin baik, untuk kenyamanan 77,4 persen responden merasa nyaman, dan respon pemerintah terhadap kebutuhan warga, sebanyak 54,0 persen responden menilai baik.
Sementara terkait persepsi publik terkait lingkungan, mengerucut pada lima masalah yakni, macet (19 persen), banjir (16,7 persen), sampah (11,9 persen), susah mencari lapangan kerja (11,4 persen) dan geng motor (8,3 persen).
Soal kebersihan kota Jakarta, 86 persen responden menilai semakin bersih. Terkait kondisi ruang terbuka hijau, meskipun dianggap kurang memadai namun menunjukkan kondisi lebih baik dari tahun ke tahun. soal kondisi lorong di Kota Makassar, 79 persen responden menyatakan semakin baik. Adapun kondisi ekonomi sebanyak 76,4 persen menilai lebih baik dari tahun sebelumnya.
Sampel pada survei ini merupakan 420 warga Kota Makassar yang sudah berusia 17 tahun atau sudah menikah. Penarikan sampel secara acak, dan margin error +/- 5 persen pada selang kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari 14 Kecamatan di Kota Makassar yang terdistribusi secara proporsional. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara tatap muka langsung dengan menggunakan kuesioner yaitu pada 16–21 November 2016.
Soal hasil survei ini, Danny menanggapi serius. Menurutnya, ia membangun kota berdasarkan sistem dan transparan. Karena itu yang pertama kali dilakukan saat memimpin kota adalah membangun masyarakatnya dengan menyurvei apa hal tersulit yang dihadapi masyarakat. Bukan membangun kota secara fisik, meskipun ia berlatar belakang arsitek. Kedua, melibatkan partisipasi dari 1,8 juta penduduk kota dalam menyelesaikan masalah, dan ketiga, bagaimana mengukur tingkat keberhasilan sebagai bahan evaluasi.
"Ketiga pendekatan ini menghasilkan banyak hal, banjir berkurang, layanan kesehatan meningkat, dan diraihnya sejumlah penghargaan," kata dia.