Kenangan Manis-Pahit Bambang dengan Suyata di Skuadron 32
- VIVA.co.id/Lucky Aditya
VIVA.co.id - Enam di antara 12 jenazah korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 milik TNI di Kabupaten Jayawijaya, Papua, dimakamkan di Malang, Jawa Timur, pada Senin pagi, 19 Desember 2016. Satu di antaranya, yaitu jenazah Pembantu Letnan Satu (Peltu) Suyata, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Untung Suropati.
Peltu Suyata adalah prajurit TNI yang bertugas di Skuadron Udara 32 yang bermarkas di Pangkalan Udara (Lanud) Abdul Rachman Saleh, Kabupaten Malang.
Beberapa personel TNI, keluarga, dan kerabat turut mengantar kepergian Peltu Suyata ke peristirahatan terakhirnya. Prosesi pemakaman dilakukan dengan cara militer.
Bendera setengah tiang dan tembakan salvo mengiringi jenazah menuju liang lahat. Upacara pemakaman dipimpin Kolonel Eddy Supriyono. Isak tangis pecah saat jenazah perlahan dimasukkan ke liang lahat.
Adik ipar Suyata, Dwi Wardana, mengaku kehilangan sosok kakak yang mampu diajak berbagi cerita. Pertemuan terakhirnya dengan Suyata saat Lebaran tahun 2016.
"Orangnya baik, sangat religius. Saya setiap ada masalah, kakak saya ini yang selalu memberi solusi. Selalu saya ajak sharing (berdiskusi). Dia itu keluarga yang bisa merangkul semuanya," kata Wardana usai pemakaman Peltu Suyata.Â
Peltu Bambang, teman Suyata selama bertugas di Skuadron 32, mengatakan bahwa semasa hidup Almarhum dikenal sebagai pribadi yang baik. Bambang terus menyeka air matanya mengenang perjuangan selama 30 tahun bersama Suyata.
"Orangnya baik. Selama ini kumpul sama saya sudah hampir tiga puluh tahun di Skuadron 32. Sekitar kurang lebih dua tahun sebenarnya beliau pensiun. Saya memang lama sekali tahu karakter persis; karakternya baik, tidak macam-macam, kerjanya baik sekali," ujar Bambang.
Dia mengenang manis dan pahit pengalaman bersama Suyata selama periode awal membangun Skuadron 32. Bambang masuk ke Skuadron 32 pada tahun 1986, sedangkan Suyata tahun 1989. Skuadron 32 yang disebut juga Skadron Udara 32/Angkut Berat berdiri pada tahun 1982.
"Manis maupun pahit kita alami bersama, karena kita membangun bersama Skadron 32. Kumpul terus. Pahit dan manis kita alami bersama, baik keseharian kerja di Skuadron maupun saat penerbangan," kenang Bambang.
Â
(ren)