China Ajak Indonesia Awasi Kelompok Radikal Uighur
Kamis, 15 Desember 2016 - 15:27 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Moh. Nadlir
VIVA.co.id – China berharap Indonesia turut mewaspadai kelompok radikal Uighur. Apalagi diketahui mereka bekerjasama dengan kelompok Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS) serta jaringan teroris Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
Demikian salah satu hasil pembicaraan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto, dengan Duta Besar Republik Rakyat China untuk Indonesia, Xie Feng. Pertemuan berlangsung di kantor Menkopolhukam, Kamis 15 Desember 2016.
Pembicaraan ini terkait keresahan RRC karena banyaknya etnis Uighur yang bergabung dengan kelompok ISIS. Selain itu beberapa pentolan kelompok Uighur ini juga tercatat bergabung dengan kelompok,Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Beberapa dari mereka sempat ditangkap polisi Indonesia dan divonis melakukan aksi terorisme.
"Tadi kita bicarakan soal terorisme ya. Mereka menjelaskan bahwa masalah Uighur itu sudah sedemikian cepatnya berkembang sehingga banyak masyarakat Uighur yang kemudian dilatih di ISIS dan Suriah," kata Wiranto.
Pemerintah RRC sedang mengantisipasi orang-orang dari etnis Uighur yang akan kembali ke negaranya setelah mendapat pelatihan dari kelompok radikal ISIS di Suriah. Untuk itu pemerintah RRC mengajak kerjasama dengan Indonesia.
"Boleh jadi kemudian mereka kembali akan lewat Malaysia atau Indonesia. Kita sepakat untuk tidak memberi ruang untuk mereka beraktivitas baik di Indonesia, Malaysia maupun di Tiongkok. Kita berpendapat kalau terorisme itu tidak kita beri ruang dan koridor untuk aktivitas apa pun. Bahkan kita langsung memotong jalur-jalur logitik mereka. Dengan dipotong maka mereka tidak akan hidup. Kita sepakat untuk memperdalam masalah itu," katanya.
Sementara itu Duta Besar RRC untuk Indonesia, Xie Feng, mengatakan terorisme sebagai kejahatan lintas negara. Karena itu perlu dilakukan kerja sama untuk melakukan penangananya.
"Sebagai dua negara besar yang berkembang. Saya rasa kita bekerja sama, berbagi pengalaman dan mencari solusi," kata Xie.
(ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Boleh jadi kemudian mereka kembali akan lewat Malaysia atau Indonesia. Kita sepakat untuk tidak memberi ruang untuk mereka beraktivitas baik di Indonesia, Malaysia maupun di Tiongkok. Kita berpendapat kalau terorisme itu tidak kita beri ruang dan koridor untuk aktivitas apa pun. Bahkan kita langsung memotong jalur-jalur logitik mereka. Dengan dipotong maka mereka tidak akan hidup. Kita sepakat untuk memperdalam masalah itu," katanya.