Korban Meninggal Gempa Aceh Kembali Ditemukan
- ANTARA FOTO/Ampelsa
VIVA.co.id - Tim SAR terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban gempa bumi 6,5 SR di Aceh selama masa tanggap darurat. Pada Senin siang, 12 Desember 2016, tim SAR menemukan satu korban meninggal atas nama Devi Srijalani (22) di Pidie.
"Dengan demikian jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Aceh adalah 102 orang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya, Selasa, 13 Desember 2016.
Sutopo menyampaikan, dari jumlah itu rinciannya adalah 96 di Pidie Jaya, 4 orang di Pidie dan 2 orang di Bireuen. Sementara untuk korban luka-luka 857 orang, pengungsi 83.838 orang tersebar di 124 titik.
"Fokus utama tim SAR saat ini membantu membersihkan puing-puing bangunan," kata dia.
Sejauh ini, lanjut Sutopo, sebanyak 4.836 personil dari kementerian, lembaga, TNI, Polri, Pemda, relawan, NGO, organisasi masyarakat, dan lainnya masih melakukan penanganan darurat. Pemerintah mendampingi pemerintah daerah, baik dana, logistik, peralatan, manajerial dan tertib administrasi.
"Kepala BNPB terus di lokasi bencana untuk mengkoordinir potensi nasional untuk membantu pemerintah daerah," katanya.
Sutopo melaporkan bahwa bantuan juga terus berdatangan ke posko utama. Selain itu, jumlah pengungsi juga terus bertambah karena masih seringnya gempa susulan.
"BMKG mendata sudah 88 kali gempa susulan. Masyarakat takut dan khawatir adanya guncangan sehingga merasa nyaman di pengungsian," ujarnya.
Air Bersih
Sutopo mengemukakan bahwa penyediaan air bersih menjadi masalah di pengungsian. Sebab, belum semuanya melayani titik pengungsian dengan baik. "Kondisi sumur banyak yang kering dan dangkal pasca gempa. Jika pun ada airnya keruh sehingga tidak dapat dikonsumsi," katanya.
Saat ini, tambah dia, kebutuhan mendesak para pengungsi adalah sandang dan pangan, MCK, air bersih, relawan, tenda dan shelter, kebutuhan bayi, sarung, mukena dan lainnya.
"Posko utama terus menyalurkan bantuan ke pengungsi," kata Sutopo.
Sutopo menuturkan bahwa Tim SAR dan para relawan juga berusaha melakukan "trauma healing", kegiatan psikososial dan pelayanan kesehatan kepada pengungsi.
"Klaster nasional penanganan pengungsi, klaster kesehatan dan klaster logistik terus melayani pengungsi," demikian dia.