Gus Solah Nilai Pelarangan Ibadah karena Aparat Tak Tegas

Salahuddin Wahid alias Gus Sholah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Salahuddin Wahid alias Gus Solah, Pemimpin Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, menilai aksi pelarangan atau penghentian kegiatan ibadah Natal di gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung, karena ketidaktegasan aparat terkait.

Ketua KPU Kota Bandung Dicopot Jelang Penetapan Paslon Pilkada

Adik kandung mendiang Presiden keempat Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid, itu berpendapat bahwa semestinya aparat lebih sigap ketika mengetahui ada kelompok massa yang berupaya mengganggu ibadah. Polisi juga seyogiayanya mengizinkan umat Kristiani melaksanakan kebaktian di tempat itu.

"Jadi, kalau saya melihat petugasnya memang masih kurang mantap dalam menjalankan tugasnya," kata Gus Solah kepada wartawan di Surabaya pada Jumat, 9 Desember 2016.

Buntut Jukir Patok Tarif Rp150 Ribu, Dishub Kota Bandung Perketat Pengawasan

Ketidaktegasan aparat itu, kata Gus Solah, bahkan memicu protes pengurus Masjid Salman di kompleks kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). "Jadi, pengurus Masjid Salman di ITB juga kaget; kenapa tidak boleh?"

Dia berharap masalah semacam itu tidak muncul kembali. "Ini masalah sensitif, makanya ke depannya jangan sampai terjadi lagi," ujar mantan Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia itu.

Raffi Ahmad Beneran Maju di Pilkada 2024? Ini Faktanya!

Peristiwa interupsi kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) itu terjadi di Gedung Sabuga Kota Bandung pada Selasa, 6 Desember 2016. Massa dua organisasi, yakni Pembela Ahlus Sunah (PAS) dan Dewan Dakwah Indonesia (DDI), menolak acara itu.

Berikut ini kronologi kejadian itu:

- Pukul 13.00 WIB, datang sekira 75 orang gabungan anggota PAS dan DDI Bandung. Mereka berorasi di depan jalan menuju Sabuga dengan situasi kondusif.

- Pukul 14.00 WIB, panitia naik ke tempat orasi menyampaikan kesepakatan bahwa pukul 15.00 WIB acara selesai dan akan membubarkan diri.

- Pukul 15.30 WIB, jemaat anak sekolah sudah bubar, namun panitia masih di lokasi. Perwakilan massa meminta melihat langsung ke dalam gedung, dan disepakati diberi tambahan waktu 30 menit untuk membereskan.

- Pukul 17.00 WIB, massa datang lagi, dan disepakati akan membubarkan diri. Perwakilan ormas diminta menjelaskan kepada Pendeta Stephen Tong. Namun ketika perwakilan ormas menunggu kedatangan Pendeta, dari dalam ruangan terdengar suara nyanyian kebaktian, sehingga perwakilan ormas meminta kegiatan dihentikan.

- Pukul 17.30 WIB, disepakati perwakilan ormas untuk bertemu Pendeta namun masih koordinasi.

- Pukul 18.30 WIB, usai salat magrib dilaksanakan pertemuan perwakilan ormas, Kepala Polrestabes Bandung, Komandan Kodim, perwakilan panitia dengan Pendeta.

- Pukul 20.00 WIB, diperoleh kesepakatan bahwa Pendeta akan menjelaskan situasi kepada jemaah diberi waktu selama sepuluh menit. Namun pelaksanaannya sampai 15 menit karena ditambah doa dan nyanyian, sehingga ormas meminta dihentikan. Polisi mengambil alih situasi dan menghentikan kegiatan.

- Pukul 20.30 WIB, kegiatan selesai, dan jemaat maupun ormas berangsur membubarkan diri dengan tertib.

(ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya