Sudah Terjadi 38 Kali Gempa Susulan di Aceh
- REUTERS/Nunu Husien
VIVA.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mencatat ada 38 kali gempa susulan setelah gempa dengan kekuatan 6,5 Skala Richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh pada Rabu, 7 Desember 2016.
Dari hasil monitoring BMKG hingga Kamis 8 Desember 2016, pukul 07.30 WIB, gempa susulan terbesar terjadi setelah gempa pertama pada pukul 05.40 WIB, dengan kekuatan 4,9 SR. Â
"Dari monitoring BMKG menunjukkan sudah terjadi gempa bumi susulan sebanyak 38 kali," kata  Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Dr Daryono, Kamis, 8 Desember 2016.
Dua gempa bumi susulan yang dirasakan ini memang membuat panik warga. Selanjutnya gempa bumi susulan terus terjadi dengan kekuatan yang semakin mengecil hingga hari ini. Terbesar dengan kekuatan 3,1 SR dan berdasarkan kecenderungan magnitudo, gempabumi susulan yang terus mengecil. Tampak juga bahwa kondisi tektonik di zona gempabumi menunjukkan kondisi yang semakin stabil.
"Sehingga sangat kecil peluang akan terjadi gempabumi susulan yang lebih besar dari gempa bumi utama (main shock). Untuk itu warga masyarakat Pidie Jaya diimbau agar tetap tenang. Selanjutnya mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," katanya.
Seperti diketahui, jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa bumi Pidie Jaya ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar mendatar (strike-slip fault). Ini sesuai dengan hasil analisis mekanisme sumber keluaran BMKG yang menunjukkan bahwa gempa bumi yang terjadi memiliki tipe sesar mendatar.
Dengan melihat lokasi episenter gempa bumi ini, maka ada dugaan bahwa sesar yang menjadi pembangkit gempa bumi ini adalah Sesar Samalanga-Sipopok, karena titik episenter hasil analisis BMKG lokasinya berdekatan dengan jalur sesar ini.
Catatan sejarah gempa bumi menunjukkan bahwa pada 12 April 1967 di Samalanga juga terjadi gempa bumi 6,1 SR. Dampak gempa bumi ini sangat merusak. Tercatat gempa bumi ini merusak 2.000 rumah penduduk, 11 bangunan sekolah, lima masjid, lima jembatan. Korban luka cukup banyak, tetapi tidak ada laporan korban meninggal.
Jika melihat lokasi episenter gempa bumi Pidie Jaya saat ini dan gempa bumi Samalanga 1967, tampak ada kaitannya dengan keberadaan Sesar Samalanga-Sipopok. Namun untuk memastikan hubungan ini memang perlu dilakukan kajian lebih lanjut, mengingat sebaran aktivitas gempa bumi saat ini susulannya menunjukkan arah barat laut-tenggara.
"Data survei rekahan permukaan (surface rupture) sangat dibutuhkan untuk menjawab tanda tanya besar sesar pembangkit gempabumi ini. Untuk itu BMKG, Tim Revisi Peta Gempa Nasional, Badan Geologi, dan ITB memberangkatkan tim survei ke zona gempabumi Pidie Jaya," katanya.