Tak Terduga, Sesar Samalanga Aktif dan Picu Gempa Aceh
- BMKG
VIVA.co.id – Sesar Samalanga-Sipopok dipastikan menjadi pemicu gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Rabu, 7 Desember 2016. Sampai pagi ini, dampak gempa telah menyebabkan 99 orang meninggal.
Samalanga adalah sesar lokal yang berada di sekitar Sesar Besar Sumatera. Jumlah sesar lokal yang menyebar dari Aceh hingga Lampung ini memang cukup banyak sekali. Terutama di Bukittinggi, Solok dan Sijunjung.
Gerakan dari sesar lokal yang mengguncang Aceh itu tidak pernah diprediksi sebelumnya dan tidak masuk dalam pemetaan. Selama ini, para ilmuan dan lembaga kegempaan hanya mengkhawatirkan gesekan Sesar Sumatera atau biasa juga disebut Sesar Semangko.
Sesar Sumatera Besar, atau Great Sumatran Fault yang diyakini paling aktif dan diperkirakan terpanjang di dunia ini, menjulang dari mulai India, Andaman, membelah Kota Banda Aceh hingga Teluk Semangko di Lampung. Sesar ini menyatu dengan Sesar Cimandiri di Pelabuhan Ratu. Karena itu, bila Sesar Sumatera yang merupakan sesar datar ini bergerak dan menyebabkan gempa besar, dapat memicu gelombang tsunami.
"Ini sesar mendatar, epicenter gempanya ada di darat. Harus dicermati di daerah di daratan Sumatera, karena epicenter berada di bawah pemukiman penduduk, dayat rusak," kata pengamat gempa bumi, Cecep Surbaya.
Tapi kali ini, gempa justru terjadi di luar Sesar Sumatera. Cecep menjelaskan, titik gempa di Pidie Jaya berada pada sesaran retakan kecil yang berada di sekitar Patahan Semangko. Lokasi membujur ke barat daya ke barat laut. Karena itu menurut Cecep, sesar lokal Samalanga-Sipopok yang ternyata aktif harus disikapi juga. Karena secara nyata daya rusaknya di Pidie Jaya dan sekitarnya juga mengkhawatirkan.
"Meski korban tidak karena gempa langsung, tapi karena reruntuh gempa, efek gempa," katanya.
Dijelaskan lagi oleh Cecep, kejadian gempa sulit diprediksi, juga soal apakah gempa darat dapat merangsang gempa laut. Meski para ilmuan mengkhawatirkan Great Sumatran Fault, tapi kali ini gempa justru terjadi di luar itu.
"Kalau dilihat secara ilmiah, kita sudah mempredikis (ahli dunia dan Indonesia) ancama pada zona rentan gempa, tapi belum diberikah hidayah oleh Allah kapan terjadinya. Ini jadi tugas pemirintah pusat dan daerah, BMKG dan BNPB untuk menghadapi kejadian gempa di darat dan laut yang sebabkan tsunami," katanya.
Bahwa Sumatera merupakan daerah rawan gempa juga sudah diketahui oleh para ahli kebumian dan pemerintah. Karena itu, sosialiasi soal daerah rawan bencana ini kepada warga harus terus ditingkatkan. Karena banyak pemukiman yang berdiri di atas daerah rawan gempa di Sumatera.
"Kita masih banyak kendala, terutama pengaturan tata ruang. Rancangan rumah sederhana tapi tahan gempa juga harus diinformasikan," katanya.