Kader PDI Perjuangan Jakarta Barat Membelot
- ANTARA / Hafidz Mubarak A
VIVA.co.id – Perpecahan internal yang terjadi di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Jakarta pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 bukan isapan jempol. Lantaran, ratusan mantan kader dan simpatisan partai berlambang banteng moncong putih Jakarta Barat berubah haluan dengan mendukung pasangan No.3, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Mantan Bendahara Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Jakbar M Sakrad mengungkapkan beberapa alasan dirinya beserta kader dan simpatisan yang lain tidak memilih Ahok-Djarot lagi sesuai keputusan partai. Pertama, mekanisme penunjukkan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) tidak sesuai mekanisme partai, baik rekomendasi dari enam DPC maupun mendaftar.
"Katanya aspirasi dari bawah, ternyata 'digusur', ternyata tetap mendukung Mister bro Ahok," kata Sakrad, yang juga menjadi inisiator kegiatan "Deklarasi Dukungan Kader PDIP Anies-Sandi" dalam keterangan tertulisnya, pada Sabtu, 3 November 2016.
Kedua, penunjukan Ahok bertolak belakang dengan hati nurani kader di Jakarta Barat. Menurutnya, selama memimpin Jakarta, Ahok tidak sesuai dengan janji kampanyenya pada 2012 silam, misalnya soal penggusuran. "Katanya bakal membangun Jakarta baru yang lebih humanis. Faktanya, justru membuat warga menangis," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP Kebon Jeruk Muhammad Ranto, mengakui bahwa partainya sedang mengalami kontra pandangan. "Bahkan, kondisinya sekarang bisa dibilang carut marut. Saya sangat sedih," ujarnya.
Pasalnya, masih banyak kader yang mengincar jabatan tanpa melalui prosedur yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). "Saya 'dirampok' kepengurusan saya oleh oknum-oknum yang tidak jelas," ungkapnya.