MUI Imbau Masyarakat Tidak Ikuti Ajakan Rush Money
- U-Report
VIVA.co.id – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Anwar Abbas, berharap masyarakat tidak mempercayai informasi bohong mengenai isu penarikan simpanan dalam bank secara bersamaan atau rush money. Sebab, jika demikian, stabilitas perekonomian Indonesia akan mengalami kekacauan.
"Terus terang, kita tidak menginginkan negeri ini ambruk dan kacau balau. Kalau masyarakat menarik uangnya ke dunia perbankan, ya bisa kolaps. Kalau begitu ekonomi nasional bisa bermasalah," kata Anwar di Kantor MUI Pusat, Rabu, 23 November 2016.
Pihaknya pun mengimbau masyarakat agar tidak melakukan hal itu, karena akan memberikan dampak yang signifikan pada perekonomian dalam negeri. Tentunya, hal ini akan merugikan masyarakat juga.
"Kalau satu sampai dua juta enggak masalah. Kalau miliaran ya kalau bisa jangan dalam waktu yang singkat, kalau singkat kondisi likuiditasnya masalah. Jatuhnya sistemik. Kalau satu kolaps, yang lain juga bisa kolaps. Kami imbau agar tidak lalukan hal itu," ungkapnya.Â
Diketahui, Tim Cyber Crime Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Polri berhasil mendeteksi pelaku penyebaran informasi berita bohong soal rush money yang akan dilakukan oleh masyarakat secara besar-besaran.
"Cuma belum ada upaya paksa saja. Masih memantapkan hasil penyelidikan," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 23 November 2016.
Boy menyebut jumlah pelaku yang terdeteksi awal sebagai penebar berita hoax soal rush money tersebut sekira 5 orang. "Sumbernya satu awalnya, langsung ke grup, kurang lebih yang terdeteksi awal 4-5 orang," tuturnya.
Mantan Kapolda Banten itu sedikit membocorkan bahwa pelaku penebar berita bohong yang sudah meresahkan masyarakat itu lokasinya berada di luar Jakarta dan tidak di satu tempat saja.
"Ada di luar kota, di luar Pulau Jawa. Nantilah kalau sudah matang lebih enak. Kalau enggak mereka takut dan pergi," katanya. (ase)