Perlukah Berdesakan Demi Barang-barang Diskon Akhir Tahun?
VIVA.co.id – Bulan November sering kali disebut sebagai ‘pemanasan’ sale akhir tahun yang diadakan oleh berbagai toko online di seluruh dunia. Sebut saja Black Friday yang bermula di Amerika Serikat. Fenomena belanja dengan diskon besar-besaran di bulan November sudah diadopsi di berbagai negara terlepas dari kisah dibalik munculnya fenomena Black Friday itu sendiri.
Tradisi Black Friday dimulai di era 50-an ketika polisi di Philadelphia mulai menyebut fenomena kekacauan yang terjadi di pertokoan kota Philadelphia yang diakibatkan oleh serbuan penduduk kota dan turis untuk berbelanja sebelum pertandingan sepak bola Amerika Army Navy yang rutin diadakan pada hari Sabtu setelah hari Thanksgiving di hari Kamis minggu yang sama, minggu terakhir bulan November.
Aktifitas belanja yang meningkat tajam oleh ribuan orang berdesak-desakan dan menimbulkan kekacauan, tidak hanya perkelahian tapi juga tindakan kriminal, seperti pencopetan. Jangankan libur di hari Sabtu, polisi Philadelphia harus bekerja ekstra untuk pengamanan kota sepanjang hari Jumat hingga Minggu dini hari. Itulah sebabnya mengapa polisi Philadelphia menamakan fenomena belanja di hari Jumat setelah hari Thanksgiving ini dengan sebutan black, ekspresi yang cukup suram mengingat masa tugas yang panjang untuk para polisi di salah satu negara bagian Amerika Serikat ini.
Konsep belanja diskon besar-besaran di Philadelphia meraup keuntungan luar biasa dan menyebar di seluruh penjuru negara paman Sam ini. Tradisi belanja Black Friday terbukti meraup keuntungan besar di AS selama bertahun-tahun dan diikuti oleh berbagai negara lain, sebut saja Kanada, Inggris, dan negara-negara di Eropa dan Asia. Seiring dengan berkembangnya teknologi, aktifitas berburu diskon ini tidak hanya di pertokoan offline di pusat kota tapi juga melalui media internet. Berbagai toko offline menawarkan diskon melalui laman online mereka online dan toko online tanpa toko fisik berlomba-lomba menyiapkan sistem jaringan internet dan marketing untuk memaksimalkan penjualan online di hari Black Friday.
Menariknya di Indonesia Black Friday masih menjadi fenomena baru, terlihat dari belum banyaknya toko online yang menawarkan diskon besar-besaran di hari Jumat terakhir bulan November. Walaupun Indonesia tergolong terlambat untuk mengikuti tren belanja dengan diskon besar-besaran di bulan November, tetapi ini juga bisa menjadi keuntungan tersendiri.
Tidak seperti tradisi belanja hadiah Natal di hari Black Friday yang cenderung menyebabkan kerusuhan walaupun metode belanja online telah digunakan dalam 1 dekade terakhir.
Hingga saat ini di AS dan Inggris, beberapa retail raksasa seperti Walmart dan Tesco selalu harus menghadapi kerusuhan di beberapa toko mereka karena animo pelanggan yang sangat besar di hari Black Friday. Lain halnya di Indonesia, Indonesia mengenal Black Friday dengan tradisi belanja online.
Salah satu toko online terbesar di Indonesia, Lazada , pada tahun 2012. Awalnya Lazada memilih tanggal 12 Desember 2012 atau dikenal dengan 12.12.12 untuk memulai tradisi belanja online di Indonesia. Seiring perkembangannya, Lazada mengadopsi tradisi belanja besar-besaran pada tanggal 11.11 dan diikuti dengan event Black Friday sebagai salah satu rentetan periode diskon akhir tahun Lazada. untuk menge konsep Black Friday yang masih sangat asing di pasar Indonesia. Tahun ini pun berbagai macam toko online di Indonesia yang sudah menjadi partner Lazada tetap mengenalkan konsep Black Friday menjadi salah satu tradisi belanja akhir tahun di Indonesia.
Sayangnya, tradisi belanja online di Indonesia bukan tanpa kerusuhan seperti yang terjadi di hari Black Friday di beberapa negara hingga saat ini, termasuk AS sendiri. Kerusuhan yang terjadi di Indonesia adalah kerusuhan di dunia maya. Tidak hanya jutaan orang berlomba-lomba mengakses situs toko online tidak jarang masalah teknis di laman-laman toko online sering terjadi terutama pada jam-jam pembukaan diskon, biasanya terjadi pada tengah malam. Belum lagi banyaknya toko-toko online yang gencar mengiklankan produk mereka dengan diskon besar-besaran di berbagai media.
Untuk para penggemar belanja online mungkin bukan hal yang membingungkan lagi mengingat biasanya para konsumen ini sudah tahu betul apa yang mereka ingin beli atau di laman toko online apa mereka akan melakukan transaksi. Namun, bagi calon pembeli yang hanya ingin membeli beberapa jenis item barang saja tetapi tidak terlalu terikat dengan merk tertentu atau, katakanlah, bukan fans berat toko online tertentu maka platform kumpulan diskon dan promo khusus mungkin bisa mengurangi kebingungan dan kerusuhan berbelanja online di hari Black Friday tahun ini.
Contohnya, perusahaan e-commerce Picodi mengusung konsep kumpulan diskon dan promo dari berbagai toko-toko online terpercaya di Indonesia dalam satu wadah. Konsep one platform ini terbukti efektif untuk mengurangi kebingungan di ‘hari-hari raya’ diskon online yang berawal di Polandia, dan menyebar di beberapa negara Eropa, Asia dan Pasifik dengan total 35 negara telah menggunakan fasilitas diskon dalam satu wadah ini.
Konsep ini berawal dengan keinginan konsumen untuk mengetahui info terbaru diskon atau promo dari toko-toko online tetapi, tentu saja, menanti promo-promo khusus dari toko online langganan setiap harinya cukup memakan waktu. Belum lagi seringnya info promo dari toko pesaing yang mungkin menawarkan produk yang sama tetapi dengan penawaran yang lebih menarik sering kali terlewatkan. Dengan adanya laman-laman kumpulan promo dan diskon seperti ini mungkin Anda bisa membandingkan penawaran-penawaran dari berbagai toko online dalam satu laman website.
Walaupun begitu, komentar negatif tentang tradisi ‘hari raya’ belanja online di Indonesia tetap menjadi bagian dari kritik anti-konsumerisme. Namun, sebagai konsumen Anda bisa menjadi konsumen yang cerdas memilih produk apa yang benar-benar Anda butuhkan dan bukan hanya produk yang Anda inginkan dan menjadi ‘lapar mata’ di depan monitor komputer Anda.
Beberapa tips berikut mungkin bisa Anda gunakan sebelum menggunakan uang Anda di internet:
1.   Buatlah daftar barang apa saja yang Anda butuhkan. Jadikan kebutuhan sebagai prioritas utama untuk menghindari menghabiskan waktu terlalu lama di berbagai laman toko online pada hari Black Friday melihat-lihat barang dan lalu berakhir dengan membeli barang yang mungkin dalam 1 minggu kedepan tidak akan Anda gunakan lagi.
2.   Survey barang-barang yang Anda ingin beli nantinya. Cobalah baju atau sepatu di toko-toko offline atau toko fisik, hanya mencoba baju di kamar pas tentu saja GRATIS! Begitu juga dengan jenis barang lainnya, tidak ada yang mengalahkan pengamatan langsung akan spesifikasi barang elektronik maupun non-elektronik. Mengutak-ngatik barang elektronik di showroom toko offline juga bisa jadi cara memantapkan keputusan Anda nantinya.
3.   Survey lah barang-barang yang sudah Anda amati di toko offline di versi online-nya. Bisa jadi barang yang sama ditawarkan dengan keuntungan lebih banyak di toko online lainnya.
4.   Gunakan website kumpulan diskon dan promo ekslusif yang mulai merambah pasar Indonesia. Toko-toko online raksasa seperti Lazada, salah satu pengusung Black Friday, sudah pasti menjadi partner website kumpulan diskon dan promo, seperti Picodi, begitu juga dengan toko-toko online partner Lazada lainnya. Cara ini mungkin akan menghemat waktu Anda untuk menemukan barang yang Anda butuhkan tanpa kesulitan membuka toko online lainnya satu persatu hanya untuk membandingkan harga.
Anda masih punya beberapa hari sebelum dimulainya parade diskon besar-besaran akhir tahun untuk mencoba tips diatas dan menjadi konsumen yang lebih cermat mengelola waktu dan keuangan Anda. Tentu saja cerdas menggunakan internet dan tanpa berdesak-desakan di toko-toko fisik.
Happy Happy Black Friday and be an efficient buyer! (webtorial)