Bom Gereja Oikumene Dirakit Selama Tiga Hari
- ANTARA FOTO/Amirulloh
VIVA.co.id – Juhanda alias Jo (37), pelempar bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda mengaku merakit bahan peledak itu sendiri di rumahnya.
"Pelaku merakit di rumahnya di belakang masjid tanpa nama, Jalan Cipto Mangunkusumo. Dilakukan sendiri selama tiga hari," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar di Jakarta Selatan, Senin, 14 November 2016.
Kemudian, setelah bom molotov rampung. Juhanda langsung melakukan aksinya dengan mendatangi Gereja Oikumene di Kelurahan Sengkotek Kecamatan Loa Janan Ilir Kota Samarinda. "(Dia) melemparkan bom di rumah ibadah tersebut," katanya.
Menurut Boy, berdasarkan informasi bahwa komposisi bom molotov yang digunakan oleh Juhanda terdiri pupuk, belerang, arang, cuka, dan alkohol 70 persen. "Bahan-bahan tersebut umumnya bisa di dapat di pasaran," katanya.
Ledakan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda terjadi pada Minggu, 13 November 2016, sekira pukul 10.15 waktu setempat. Kejadian ini membuat seorang bocah bernama Intan Olivia Marbun (3,5 tahun) tewas dan melukai tiga anak lainnya.
Termasuk empat kendaraan roda dua yang sedang terparkir. Seluruh korban mengalami luka bakar dan langsung dilarikan ke RS.