Pelempar Bom Molotov di Gereja Samarinda Anggota JAT
- VIVA.co.id/twitter
VIVA.co.id – Juhanda alias Jo, residivis kasus terorisme tahun 2011 di Jakarta berulah lagi. Ia tertangkap usai melakukan pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene di Kelurahan Sengkotek Samarinda Kalimantan Timur, Minggu, 13 November 2016.
Pria yang pernah mendekam di penjara 3,5 tahun atas ulahnya membuat di Puspitek Serpong Tangerang itu rupanya merencanakan hal yang tak terduga. Pelariannya ke Samarinda rupanya membuat Juhanda mengembangkan jaringan.
"Di Kalimantan Timur, J tergabung dengan kelompok JAT (Jamaah Ansharut Tauhid)," kata Kapolres Samarinda, Kombes Pol Setyobudi Dwiputro.
FOTO: Tim Gegana Polda Kalimantan Timur melakukan pemeriksaan sisa ledakan bom Gereja Oikumene di Samarinda, Minggu (13/11/2016)/ANTARA FOTO
Jamaah Ansharut Tauhid diketahui merupakan pecahan dari Jemaah Islamiyah (JI) yang dikenal sebagai kelompok pro terorisme dan pendukung ISIS di Suriah. Kelompok itu dibentuk tahun 2008 di Solo Surakarta Jawa Tengah oleh Abu Bakar Baasyir. Organisasi ini disebut tersebar di sejumlah wilayah Indonesia termasuk yang paling masif ada di Aceh dan Sulawesi Tengah.
Sejak pendirian JAT, beberapa kali kejadian ledakan bom terjadi. Terakhir pada tahun 2012, ketika polisi menembak mati di Bali pada Minggu, 18 Maret 2012.
Lima anggota teroris itu diduga berkaitan dengan aksi perampokan di Bank CIMB Medan dan munculnya informasi untuk melakukan peledakan bom ketika hari raya Nyepi di Bali.
FOTO: Terpidana terorisme Abu Bakar Baasyir di persidangan
Sejak itu, pada tahun yang sama kelompok JAT yang diduga memiliki anggota hingga 2.000 orang itu akhirnya resmi dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan PBB.
Hingga kemudian memasuki tahun 2014, kelompok JAT kemudian diduga pecah. Sebagian anggotanya memilih menolak untuk berbaiat dengan ISIS. Atas itu kemudian dibentuklah Jamaah Ansharusy Syariah (JAS) di Bekasi Jawa Barat.
Lalu, apa yang menjadi motif Juhanda, penjaga masjid di Samarinda yang disebut telah bergabung dengan kelompok JAT Kalimantan Timur melakukan pengeboman di Gereja Oikumene? Hingga kini, Kepolisian belum membeberkan detail motif di balik bom yang menewaskan seorang balita itu.
"Motifnya ingin menyakiti orang saja," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.
(mus)