World Sight Day 2016: Solid dan Sinergi Mencegah Kebutaan
VIVA.co.id – Gangguan penglihatan dan kebutaan merupakan permasalahan yang perlu ditangani. Sebab, kondisi gangguan penglihatan dan kebutaan dapat mempengaruhi kualitas hidup manusia Indonesia. Saat ini, gangguan penglihatan mata banyak terjadi pada anak-anak. Penyebabnya adalah gangguan refraksi yang ditimbulkan akibat perubahan pola hidup yang serba mengandalkan teknologi atau kecanduan gadget. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap proses penerimaan informasi dalam kegiatan belajar. Pada akhirnya, bila gangguan refraksi pada anak usia sekolah tidak dikoreksi maka akan berakibat fatal, yakni penurunan kecerdasan dan prestasi belajar.
"Untuk itu deteksi dini atau screening gangguan refraksi pada anak, khususnya anak sekolah dasar sangat penting dilakukan," ujar Menteri Kesehatan Prof DR dr Nila F Moeloek, Sp.M (K).
Menteri Kesehatan menghimbau kepada segenap gubernur, bupati dan wali kota di seluruh Indonesia untuk mendukung pelaksanaan ‘Gerakan Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan’ dengan melibatkan seluruh pihak, baik masyarakat, swasta, LSM, profesi, asosiasi, maupun insititusi pendidikan.
Sosialisasi tersebut, lanjutnya, merupakan upaya penyampaian informasi kepada seluruh masyarakat, bahwa masalah kebutaan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di dunia yang dapat dicegah, diobati dan direhabilitasi. Meningkatkan kepedulian semua pihak akan pentingnya pencegahan dan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan, melalui kegiatan promotif, screening atau deteksi dini gangguan penglihatan dan kebutaan di masyarakat, yang ditindaklanjuti dengan tindakan korektif atau pengobatan yang tepat.
"Jangan abaikan masalah gangguan penglihatan dan kesehatan mata sekecil apapun masalahnya. Periksakan mata Anda apabila dirasakan ada gangguan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat," ujarnya.
Tiga Penyebab Kebutaan
Berdasarkan data survei kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan PersatuanDokter SpesialMata Indonesia (Perdami) dan Badan Litbangkes, tahun 2014 2015 di tujuh provinsi menunjukkan penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak (70–80 persen) dan glaukoma. Satu-satunya cara untuk mencegah kebutaan akibat katarak adalah dengan operasi. Sedangkan penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi (10–15 persen).
Sementara itu, World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 memperkirakan sekitar 153 juta penduduk dunia mengalami kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Dari 153 juta orang tersebut, sekitar 13 juta di antaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun, dengan prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara.
Melihat data tersebut, Kementerian Kesehatan melakukan sejumlah tindakan. Pertama, pengendalian faktor risiko melalui promosi kesehatan. Kedua, peningkatan screening/deteksi dini gangguan penglihatan dan kebutaan pada keluarga masyarakat berisiko. Ketiga, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata yang komprehensif dan merata di fasyankes primer dan rujukan melalui sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dr. H.M.Subuh, MPPM menegaskan, dalam mengendalikan gangguan penglihatan dan kebutaan Kementerian Kesehatan melakukan langkah konkret, yakni dengan terus mengumpulkan data besaran masalah penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan. Kementerian Kesehatan juga meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dan menyediakan layanan kesehatan mata yang komprehensif, bermutu, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Hal itu dilakukan untuk mencapai target 'Mata Sehat 2020', yakni setiap penduduk Indonesia pada tahun 2020 memperoleh hak untuk melihat secara optimal," ujarnya.
Hari Penglihatan Sedunia
Agar masyarakat luas mengetahui pentingnya kesehatan mata, Kemenkes memperingati World Sight Day (WSD) 2016 atau Hari Penglihatan Sedunia dengan tema ‘Solid dan Sinergi Mencegah Kebutaan’. WSD diperingati setiap tahun pada hari Kamis minggu kedua bulan Oktober, sebagai bentuk dukungan terhadap komitmen global Vision 2020: The Right to Sight. Tujuan peringatan Hari Penglihatan Sedunia adalah untuk mengampanyekan agar seluruh warga dunia memusatkan perhatian pada isu global tentang gangguan penglihatan dan kebutaan.
Meramaikan WSD 2016, Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat untuk mengikuti rangkaian kegiatan, salah satunya lomba fotografi bagi anak SLTA di DKI Jakarta dengan tema ‘Jaga mata kita dengan pola hidup sehat’.
"Semoga upaya ini memberikan dampak nyata pada pembangunan kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas, memiliki produktivitas tinggi dan daya saing di pasar luar negeri," kata Menkes. (webtorial)