Dimas Kanjeng Punya Puluhan Pengikut di Pangandaran
- VIVA.co.id/Istimewa
VIVA.co.id – Pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, diperkirakan mencapai puluhan orang.
Salah satu kerabat pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi bernama Ningsih (39) mengatakan, mereka dari berbagai kalangan. Mulai dari buruh hingga pegawai kantoran, bahkan ada PNS.
"Para pengikut Dimas Kanjeng di Kabupaten Pangandaran rata-rata berambisi kaya dadakan. Saya sebenarnya kasihan kepada mereka karena pemikirannya tidak masuk akal," kata Ningsih, Minggu 2 Oktober 2016.
Dia mengaku kerap kali mengingatkan mereka. Namun upaya tersebut sia-sia, karena mereka mengatakan tidak pernah merasa tertipu.
Menurut Ningsih, pengikut Dimas Kanjeng di Pangandaran diperkirakan mencapai 60 orang yang tersebar di berbagai daerah. Mereka biasanya menggelar kegiatan rutin yang jadwalnya tidak bisa ditentukan.
“Saya pernah melihat para pengikut melakukan ritual membacakan doa yang dianjurkan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi di pesisir laut,” tambahnya.
Untuk menjadi santri Dimas Kanjeng, mereka harus memberikan sejumlah uang. Semakin besar uang yang diberikan, maka akan semakin besar juga keuntungan yang akan didapat oleh para santri tersebut.
“Yang saya tahu mereka memberikan uang tabungan dari hasil bertahun-tahun mereka bekerja. Bahkan ada yang menjual kendaraan miliknya hanya untuk mendapatkan keuntungan dari penggandaan tersebut,” tutur Ningsih.
Ningsih menjelaskan, dari puluhan pengikut rata-rata telah menyerahkan uang ratusan, mulai dari Rp100 juta hingga Rp200 juta. Namun mereka tidak merasa rugi lantaran yakin akan mendapat uang miliaran.
Selain itu dirinya berharap pihak Muspida Kabupaten Pangandaran melakukan penelusuran dan penyadaran kepada para pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
“Kejadian ini meresahkan, karena dikhawatirkan pengikut yang saat ini masih setia mengajak kepada orang lain, lantaran para pengikut berpendapat penangkapan tersebut dibesar-besarkan oleh salah satu kelompok,” katanya.
Ningsih menambahkan, keresahan dari pengikut tersebut sangat berbahaya karena para pengikut memberikan uang kepada beberapa perantara atau koordinator.
“Informasinya saat pengikut diminta uang oleh koordinator dikasih batas waktu, dan bila melebihi batas waktu uangnya tidak akan bisa cair,” ujar Ningsih.
Kalau hal itu terus terjadi, maka pengikut yang diberi batas waktu saat tidak punya uang akan nekat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.