Cerita WNI Sandera Abu Sayyaf & Penggal Kepala di Idul Adha
- REUTERS/Nickie Butlangan
VIVA.co.id – Tiga Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi beberapa korban sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf mengaku mendapatkan perlakuan buruk saat ditawan. Hal itu disampaikan tiga WNI asal Desa Laton Liwo, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Menurut tiga WNI tersebut, Laurensius Lagadoni Koten, Emanuel Arakian Maran dan Theodorus Kopong Koten, mereka kerap mengalami tindakan kekerasan. Mereka bercerita jika selama disandera, mereka bersama para sandera lainnya sesama WNI hidup di hutan bakau di sebuah pulau di wilayah Sulu, Filipina, dengan kondisi kaki dirantai besi. Makanan yang dikonsumsinya pun belum matang.
"Kami bertiga diancam akan dibunuh dengan cara dipenggal kepala setelah hari raya Idul Adha. Pada 23 September 2016, jam 09.00 malam, rantai di kaki kami dilepas, kami berpikir bahwa akan dibunuh malam itu," kata Laurensius, Selasa 27 September 2016.
Namun ternyata, ketiganya kemudian dibawa menggunakan dua sampan dari persembunyian di hutan bakau ke tepi pantai. Mereka lalu dinaikkan ke atas speed boat dan diantar ke pelabuhan berbatu. "Permukaan pelabuhan itu hanya ditimbun menggunakan tanah," kata dia lagi.
Di pelabuhan tersebut, rupanya sudah menunggu seorang tentara pasukan MILF pimpinan Nur Misuari yang bertanya apakah benar mereka bertiga warga Indonesia seraya menunjukkan foto. Setelah diyakini ketiganya warga Indonesia, mereka lalu dinaikkan ke atas truk dan dibawa ke markas Nur Misuari hingga diserahkan ke Pemerintah Indonesia.
Laurens menambahkan, setelah tiba di markas Nur Misuari, ketiganya kemudian dijemput Kivlan Zein. Sejurus kemudian, mereka kemudian dibawa dengan dua helikopter ke Zamboanga dan di sana dilakukan pemeriksaan kesehatan hingga akhirnya mendarat di Tanah Air.
Laporan: Tofik Koban/tvOne/NTT