Gedung DPRD Dibakar, Pengamanan di Gowa Terus Diperketat
- ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
VIVA.co.id – Pasca aksi demonstrasi yang berujung pembakaran dan bentrokan di Gedung DPRD Gowa, Sulawesi Selatan, polisi kini makin mempertebal pengamanan. Setidaknya, personel pasukan keamanan terus ditambah untuk mengamankan wilayah Kabupaten Gowa.
Berdasarkan pantauan, terdapat satu peleton pasukan Brimob yang tiba di Polda Sulsel, Senin malam, 26 September 2016. Petugas kemudian disebar ke sejumlah titik yang dianggap rawan konflik.
Tak hanya itu, polisi malam ini juga memanggil pihak perwakilan keluarga keturunan Raja Gowa, Andi Maddusila. Dalam keterangannya, Maddusila mengaku mengutuk tindakan kekerasan berujung pembakaran Gedung DPRD Gowa.
Sementara itu, Kapolda Sulsel Irjen Pol Anton Charlian mengatakan, pihaknya sudah mengantongi nama-nama pelaku pembakaran Gedung DPRD Gowa. Jumlahnya, ada tiga orang. Polisi, kata dia, hingga kini terus melakukan pengejaran terhadap para pelaku. Usai konferensi pers, Maddusila dan kepolisian kemudian menggelar rapat secara tertutup.
Kericuhan berbuntut pembakaran Gedung DPRD Kabupaten Gowa diduga dirusak oleh massa keturunan kelompok Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan.
Dari pantauan, aksi massa yang terjadi Senin siang ini, digelar oleh kelompok bernama Aliansi Masyarakat Peduli Kerajaan Gowa. Sebelum terjadi kericuhan, massa menyuarakan untuk meminta benda pusaka Kerajaan Gowa yang diambil alih oleh pemerintah daerah dikembalikan ke Balla Lompoa atau Istana Kerajaan Gowa.
Munculnya aksi vandalisme yang dilakukan oleh sekelompok warga ini merupakan buntut dari ditunjuknya Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo sebagai Raja Gowa pada pekan pertama September 2016.
Lewat kebijakannya mendirikan Lembaga Adat Daerah, Adnan Purichta mengambil alih Kerajaan Gowa dan mendaulat dirinya sebagai Raja Gowa. Dasarnya, di Gowa tidak ada lagi penerus kerajaan dan setiap bupati yang ditunjuk di Gowa secara tidak langsung adalah Raja Gowa yang memimpin masyarakat daerah itu.
"Benda pusaka dan adat kerajaan Gowa tidak boleh lagi dikuasai individu. Aset-aset budaya kerajaan Gowa milik daerah," kata Adnan, Kamis, 8 September 2016.
Tak ayal, tindakan bupati tersebut mencoreng hak keturunan Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Apalagi, pemda setempat juga telah mengambil paksa seluruh pusaka adat untuk dikelola oleh pemerintah.
Andi Maddulisa A Idjo, salah seorang keturunan Raja Gowa memprotes keras keputusan pemerintah membentuk lembaga adat tersebut. Ia menilai apa yang dilakukan pemerintah lewat lembaga adat telah memutus keturunan Raja Gowa. "Bupati bukan Sombaya (raja). Pembentukan raja baru ini memutus tradisi kerajaan dan keturunan Raja Gowa," katanya.
Laporan: Muhammad Syainal Syam/tvOne/Gowa