Ratusan Ribu Orang Ternyata Mati Muda Akibat Kabut Asap
- ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
VIVA.co.id – Sebuah hasil riset yang dilakukan oleh 12 ilmuwan dari Universitas Harvard dan Columbia mengumumkan hasil mengejutkan akibat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia pada tahun 2015. Dalam riset yang segera dipublikasikan dalam itu, dilaporkan bahwa lebih dari 100 ribu orang meninggal lebih cepat akibat .
Mengutip dalam siaran pers , Kamis, 22 September 2016, hasil studi yang diumumkan tiga hari lalu itu merinci ada 100.300 kasus kematian dini akibat kebakaran hutan dan lahan. Dan yang mengejutkan sebanyak 91.600 kasus justru menimpa orang Indonesia atau jauh berbeda dengan data pemerintah yang merilis ada 19 orang yang meninggal.
Yuyun Indradi, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, menyebutkan, itu merujuk ke data milik pemerintah pada tahun 2015. Bencana kebakaran pada tahun 2015, setidaknya menghabiskan 261 ribu hektare hutan dan lahan.
Sebanyak 43 juta orang di seluruh Indonesia pun disebutkan terpapar selama beberapa waktu dan setengah juta di antaranya terkena penyakit saluran pernafasan.
"(Dan) Sekarang kita tahu besaran korban meninggal. Kegagalan bertindak cepat untuk membendung hilangnya kehidupan adalah kejahatan," kata Yuyun.
FOTO: Pelajar sekolah dasar di Sumatera Selatan meminta perhatian pemerintah saat bencana kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015
Hasil studi dampak bencana ini, juga menyebutkan ada dampak kematian dini di Singapura dan Malaysia. Riset menunjukkan ada 2.200 kematian dini terjadi di Singapura dan 6.500 kematian dini terjadi di Malaysia.
Diketahui, riset ini hanya menghitung kematian orang dewasa akibat menghirup yang dikenal sebagai PM25 dalam konsentrasi tinggi. Partikel inilah yang dikenal sebagai pembunuh. Karena ia bisa menjadi penyebab kematian dini akibat menempel ke paru-paru, jantung dan peredaran darah.
"Kerugian ini baru perkiraan konservatif. Dampak sebenarnya bisa lebih besar lagi," kata Yuyun.
Atas itu, Yuyun berharap lewat hasil riset tersebut bisa menjadi dasar alasan untuk meminta pertanggungjawaban kepada korporasi perkebunan yang diduga menjadi penyebab awal kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Termasuk juga menjadi landasan untuk penentuan daerah prioritas lokasi kebakaran hutan yang berbahaya.
"Ini saatnya Indonesia menyelamatkan ribuan nyawa dari bencana ()," kata Yuyun.