Mahasiswa dan Dosen FH UGM Demo Tolak Keputusan Rektor
VIVA.co.id – Menyusul perbedaan seleksi calon Dekan Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM) di tingkat fakultas dan di tingkat universitas, ratusan mahasiswa dan dosen FH UGM menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Rektor UGM, Kamis, 15 September 2016.
"Kami dalam posisi netral tidak memihak salah satu calon Dekan FH UGM namun adanya aksi dari dosen di jam mengajar juga mengganggu proses belajar mengajar," kata Abdul Adhim, mahasiswa FH UGM.
Menurut dia, akibat seleksi calon Dekan FH UGM tersebut juga berdampak pada para dosen lainnya termasuk mahasiswa yang berujung adanya orasi dosen di FH pada hari Selasa, 13 September 2016.
Para dosen yang menggelar orasi tersebut tak lain dipicu seleksi calon Dekan FH di tingkat universitas sehingga berdampak pada kegaduhan.
"Hasil seleksi dua calon dekan periode 2016-2021 yang berbeda itulah yang dianggap sebagai akar masalah," ujarnya. Adhim mengatakan saat ini masih berada pada masa sanggah.
Namun jadwal pemilihan Dekan FH sudah terlewat. Rektor dalam timeline seleksi dekan tertanggal 8 September 2016 sudah harus menandatangani keputusan siapa yang jadi dekan.
"Kenapa ada perbedaan keputusan. Kami minta transparansi, terminologi tentang masa sanggah  dalam Peraturan Rektor Nomor 7 Tahun 2016 jo. Peraturan Rektor Nomor 12 Tahun 2012 tidak jelas," kata dia.
Antari Innaka, dosen FH UGMÂ yang turut dalam aksi unjuk rasa menyatakan, aksi demonstrasi di rektorat sengaja dipilih sore hari supaya tidak mengganggu proses perkuliahan.
Sebanyak 65 persen dosen fakultas itu menolak keputusan tim seleksi calon dekan yang memberikan nilai lebih tinggi daripada calon yang diberi nilai tinggi di tingkat fakultas.Â
Ada dua calon dekan FH UGM periode 2016-2021. Yaitu Prof Sigit Riyanto, dan Linda Yanti Sulistiawati. Dalam pemeringkatan di tingkat senat fakultas, Sigit memperoleh nilai sebesar 3.389. Sedangkan Linda mendapatkan nilai 3.120.
Di tingkat tim seleksi universitas, Sigit justru mendapatkan nilai 88,66. Sementara Linda mendapatkan nilai lebih tinggi yaitu 90,72.
Antari  berpendapat, tim seleksi tingkat fakultas lebih tahu integritas kedua calon dekan itu. Karena mereka sudah bergaul puluhan tahun. Sedangkan tim seleksi di tingkat universitas terdiri dari orang yang kebanyakan bukan dari FH.Â
Namun, para mahasiswa dan dosen yang mendatangi kantor rektorat tidak bertemu dengan rektor Dwikorita Karnawati, karena sedang bertugas di luar kantor.
Juru bicara UGMÂ sekaligus Kepala Humas, Iva Aryani mengaku belum bisa menjabarkan proses seleksi. Sehingga masa sanggah ini termasuk dalam proses seleksi.
Iva juga tidak menjelaskan porsi keputusan tim seleksi tingkat fakultas dibandingkan dengan tim seleksi universitas. Adanya aksi penolakan keputusan tim seleksi di tingkat universitas merupakan dinamika di masa sanggah.