Survei CSIS: Masyarakat Lebih Bahagia di Era Jokowi
- VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id – Survei Center for Strategic and International Studies mengungkap, masyarakat Indonesia merasa lebih bahagia setelah dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dari seribu responden yang mengikuti penelitian ini, sebanyak 89 persen di antaranya mengaku bahagia, dan hanya 11 persen menjawab tidak bahagia.
Di antara mereka, 70,9 persen juga mengaku optimistis dalam menjalani kehidupan sampai lima tahun ke depan. Dan hanya 2,8 persen yang mengaku pesimis, serta 24,6 persen lainnya merasa kehidupan akan berlangsung sama saja.
Meski begitu, 50,1 persen responden merasa pencapaian pekerjaan pribadi mereka tidak berubah dalam llima tahun terakhir. Sisanya, 34,7 persen merasa penghasilan mereka meningkat, dan 14,1 persen justru menurun penghasilannya dalam lima tahun terakhir.
"Meskipun setengah dari publik mengaku pencapaian pekerjaan pribadi sama saja dibandingkan 5 tahun yang lalu, namun mayoritas (89 persen) mengaku bahagia dengan kehidupan yang tengah mereka jalani saat ini. Bahkan 70.9 persen publik mengaku optimis dalam menjalani kehidupan dalam 5 tahun yang akan datang," ujar Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS, Vidhyandika D. Perkasa, saat memaparkan hasil survei ini di kantornya, Selasa, 13 September 2016.
Selain itu, berdasarkan tingkat kepuasan publik dalam menjalani kehidupan selama ini, dari variabel kehidupan beragama, kesehatan, kehidupan sosial, kualitas sekolah di sekitar rumah, dan pekerjaan, responden menyatakan paling puas dengan kehidupan beragama mereka.
"Dari 5 variabel yang diuji, kepuasan publik tertinggi berada pada kehidupan beragama mereka dengan indeks 8,2. Sementara indeks yang buruk terjadi pada variabel pekerjaan yaitu 7," ucap Vidhyandika.
Variabel lainnya memiliki indeks berbeda-beda, kesehatan dan kehidupan sosial sama dengan 7,8, kemudian kualitas sekolah di sekitar rumah 7,6.
Survei CSIS ini dilakukan pada 8 - 15 Agustus 2016, melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur. Ada 1.000 responden di 34 propinsi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan membandingkan data pemilih dari KPU pada Pemilu 2014.Â
Dari seribu responden ini, 50,5 persen tinggal di pedesaan, dan 49,5 persen lainnya hidup di perkotaan. Sedangkan 90,9 persen di antara mereka merupakan muslim, dan sisanya beragama lain.
Berdasarkan demografi, 31,1 persen di antara responden adalah lulusan SD, 15,5 lulus SMP, 40,7 lulus SMA, dan 12,7 persen lainnya lulus perguruan tinggi.
Secara pendapatan, 17,8 persen responden berpenghasilan di bawah Rp1 juta, 42,2 persen memiliki penghasilan diantara Rp1 - 2 juta, dan 39,2 persen lainnya punya penghasilan lebih dari Rp2 juta. Selain itu, 0,8 persen lainnya tidak menjawab soal penghasilan mereka.
Dari latar belakang pekerjaan, mayoritas responden, sekitar 29,7 persen adalah ibu rumah tangga. Sedangkan 21,4 persen lainnya berprofesi sebagai petani, nelayan, buruh, dan tukang. Selain itu, 12,9 persen pegawai swasta, 12,6 persen pedagang, dan 23,4 persen sisanya memiliki profesi selain yang sudah disebutkan tadi.
Dari seribu responden ini, 2,2 persen di antaranya berusia di bawah 19 tahun, 14,6 persen berusia antara 20-29 tahun, 25,5 persen berusia 30-39 tahun, kemudian 29,1 persen berusia 40-49 tahun. Selanjutnya mereka yang di atas 50 tahun mencapai 28,6 persen responden. (ase)