September, Bulan Hitam untuk Indonesia
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA.co.id – September menjadi bulan 'hitam' untuk penanda maraknya kasus kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang belum terungkap di Indonesia.
Menurut Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), bulan kesembilan ini tercatat meninggalkan sejumlah catatan kelam tentang praktik kekerasan yang dilakukan oleh negara terhadap sejumlah warga sipil di Indonesia.
Melansir dalam laman masihingat.kontras.org, setidaknya ada empat peristiwa besar yang terjadi di Indonesia pada bulan September. Sejauh ini, keempat catatan kelam itu masih berupa misteri dan belum menemukan titik terang siapa yang bertanggung jawab.
Kasus pertama adalah tragedi pembunuhan aktivis HAM . Pria itu meninggal dunia dalam sebuah perjalanan pesawat dari Jakarta menuju Amsterdam pada 7 September 2004. Dari pemeriksaan Munir rupanya diracun dengan arsenik di dalam makanannya.
Kejahatan itu dilakukan oleh pilot Garuda Indonesia yang sedang dalam masa cuti, Pollycarpus Budihari Priyanto. Pelaku pun divonis 14 tahun penjara dan kini telah menghirup udara bebas. Namun siapa di balik Pollycarpus, hingga kini masih misteri.
FOTO: Aksi mendukung pengungkapan kasus pembunuhan Munir Said Thalib
Peristiwa kedua yang terjadi di bulan September adalah Tragedi Tanjung Priok. Kejadian ini terjadi pada tahun 1984 yang dilakukan oleh militer kepada sekelompok jemaah tablig karena memprotes asas tunggal Pancasila.
Dilaporkan 80 orang warga sipil tewas dan beberapa lainnya hilang. Pengadilan HAM ad hoc digelar untuk kasus ini pada tahun 2004. Vonis bebas diberikan kepada para pelaku. Klaim islah antara warga dan militer pun menjadi alasan hilangnya kasus tragedi Tanjung Priok.
"Hampir semua anak2 dibawah 15 tahun lumpuh krn terus dikurung sehingga darah menjadi beku." - Marullah | #32thPriok pic.twitter.com/8Kjmydzrnf
— KontraS (@KontraS) September 13, 2016
Seluruh foto & kutipan yg udh KontraS muat dgn hashtag #32thPriok tadi, bersumber dari buku https://t.co/0FwTKgSKJS pic.twitter.com/4drbLmgcXZ
— KontraS (@KontraS) September 13, 2016
Peristiwa ketiga pada bulan September adalah . Kejadian ini terjadi pada September 1999. Lagi-lagi dilakukan oleh militer kepada sejumlah mahasiswa yang berdemonstrasi atas rencana pembentukan undang-undang Penanggulangan Keadaaan Bahaya (UU PKB)).
Sejumlah mahasiswa dilaporkan dianiaya. Seorang mahasiswa meninggal karena tertembak. Hingga kini tidak ada kejelasan siapa yang bertanggungjawab dalam aksi represi militer tersebut.
FOTO: Peringatan Tragedi Semanggi II
Peristiwa keempat yang terjadi pada bulan September adalah . Disebutkan ada 1,5 juta orang dibantai secara massal oleh militer. Penyebabnya, mereka dituding sebagai kelompok prokomunis.
Tak cuma dibunuh, ribuan orang pun ditangkap paksa lalu dibuang ke pulau pengasingan. Bertahun-tahun tanpa alasan jelas dan tanpa melalui jalur persidangan. Penyiksaan dan kekerasan masa itu membuat siapa pun yang pernah terlibat begidik ngeri.
Lantas siapa pelakunya? Hingga kini tidak jelas dan tak terungkap siapa yang harus bertanggungjawab atas kematian dan tindak kekerasan militer tersebut. Dalih prokomunis pun dianggap menjadi dasar pijak bahwa pembantaian itu sah dan legal di mata penegak hukum. (ase)