Sisihkan Uang, Nenek Pemulung Ini Berkurban Tiap Tahun
- VIVA.co.id/Januar Adi Sagita
VIVA.co.id - Kemiskinan rupanya bukan alasan untuk tidak berbagi dengan sesama. Prinsip itulah yang dipegang teguh Simpen (70 tahun), perempuan warga Dusun Karang Asem, Desa Karang Andong, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Sebuah rumah sederhana semi permanen berdiri di bawah pohon yang cukup rindang. Di samping rumah itu terikat seekor kambing berbulu hitam dan putih. Kambing itu tampak sedang menikmati makan rumput, yang di sampingnya terdapat tumpukan beberapa rongsokan kertas dan plastik.
Rumah dan kambing itu milik Simpen. Sejak lima tahun lalu, Simpen selalu berkurban seekor kambing tiap tahun. Padahal pekerjaannya hanya seorang pemulung atau mencari rongsokan.
Simpen mengaku penghasilannya hanya Rp20.000 per hari. Separuhnya dipakai membeli kebutuhan pokok untuk makanan dan sisanya, yaitu Rp10.000, disisihkan dan ditabung untuk kelak dibelikan kambing sebagai hewan kurban.
Padahal, dengan uang itu, Simpen tidak hanya menghidupi diri. Dia juga harus menanggung biaya hidup cucunya, Eka Ayu Fitri Anggraeni (13 tahun), yang mengalami lumpuh sejak lahir.
“Uang itu saya pakai juga untuk beli susu cucu saya,” ujar Simpen, sembari menitikkan air matanya, saat ditemui VIVA.co.id di Gresik pada Minggu, 11 September 2016.
Simpen mengaku rela menabung untuk berkurban karena ingin berbagi dengan sesama. Menurutnya, berbagi kepada sesama tidak harus menunggu kaya. “Saya ingin berbagi dengan sesama semampu saya, walau pun saya bukan orang kaya,” katanya.
Dia juga berterus terang tak sedikit pun khawatir mengenai rezeki yang akan diterimanya. Tuhan, katanya, tidak akan menelantarkannya meski hidup serba kekurangan.
“Rezeki saya tidak akan tertukar. Gusti Allah tidak tidur. Semua hamba pasti akan diberikan rezeki yang cukup,” ujar Simpen.
Simpen berharap, pada tahun-tahun berikutnya dia bisa terus menunaikan niatnya untuk berkurban. Dia menganggap masih banyak warga di sekitarnya yang kekurangan dan perlu bantuan. Dia mengaku bersyukur atas kehidupannya sekarang sehingga diwujudkan dalam dengan berkurban.