Cerita Buwas dan Freddy Budiman, Sudah Mati Tetap Eksis
- Zahrul/VIVA/DEPOK
VIVA.co.id – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal (Pol) Budi Waseso, membeberkan sejumlah sepak terjang jaringan Freddy Budiman, salah satu gembong narkoba yang telah dieksekusi mati beberapa waktu lalu. Pria yang akrab disapa Buwas ini pun yakin, jika jaringan tersebut masih aktif sampai saat ini.
Hal itu disampaikan Buwas saat menjadi pembicara di sekolah partai calon kepala daerah dan wakil kelapa daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Wisma Kinasih, Tapos, Depok, Jawa Barat, Sabtu 10 September 2016. Dalam paparannya, Buwas juga sempat menyinggung testimoni Freddy yang dinilainya sebagai pemutarbalikan opini.
"Sampai dengan saat ini, kami (BNN) mencatat ada 72 jaringan internasional, salah satunya termasuk jaringan Freddy Budiman, tapi kan sekarang ini dibalik. Seolah-olah dia jadi pahlawan. Ini luar biasa, fakta-fakta tidak ada tapi opini sudah terbentuk," ujar Buwas.
Terkait jaringan Freddy, BNN, lanjut Buwas, mengatakan perputaran uang yang beredar dalam satu tahun bisa mencapai Rp2,8 triliun. "Kalau satu jaringan saja paling minim bisa menghasilkan Rp1 triliun saja, berarti anggaran yang keluar Rp72 triliun. Bisa dibayangkan bukan,” tuturnya.
Buwas pun menceritakan tentang hukuman mati yang menjerat Freddy. "Kalau kita lihat Freddy Budiman sudah berapa banyak yang dia bunuh akibat narkoba itu. Waktu saya Kabareskrim, saya sudah dua kali tangkap dia. Dia sudah dua kali diancam hukuman mati. Eh tapi dia malah nyanyi panjang umurnya, itu karena saat itu dia masih bisa naik banding. Nah, sekarang mungkin dia ini masih ingin tetap eksis meski telah mati ya dengan testimoninya itu. Ini yang saya heran masih meninggalkan masalah,” keluhnya.
Lebih lanjut Buwas juga mengatakan, tempat peredaran narkoba yang justru paling rawan terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
"Dulu itu, saya sempat cek ke Lapas Gunung Sindur, saya pikir di situ steril enggak tahunya di sana dia (Freddy) masih bisa beroperasi, sudah punya ponsellah ini siapa yang ngantar kan aneh. Alat x-ray kita yang ada di bea cukai dan lain-lain ketinggalan jauh dengan mereka (jaringan narkoba)," ucapnya.