12 Tahun kematian Munir, Siapa Otak Pembunuhan?
- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Dua belas tahun berjalan kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) masih tetap menjadi misteri. Meski seorang pelaku, Pollycarpus Budihari Priyanto, telah dijatuhkan vonis 20 tahun penjara, namun pelaku utama di balik kasus itu masih belum menemukan jawaban.
Direktur Lembaga Pemantau HAM Imparsial, Al Araf, menyebutkan bahwa kasus pembunuhan Munir tersebut menyisakan sejumlah kejanggalan.
"Kami memandang pengungkapan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir adalah salah satu agenda penting dalam penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa reformasi," kata Al Araf di Jakarta, Selasa, 6 September 2016.
Dengan lamanya pengungkapan pelaku intelektual di balik tewasnya Munir, menjadi bukti rendahnya komitmen negara untuk menegakkan HAM di Indonesia. "Hal ini memperlihatkan rendahnya komitmen pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia," jelasnya.
Said Munir Thalib, merupakan aktivis HAM yang dulu pernah menjabat sebagai Direktur Imparsial. Ia juga terlibat dalam Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS).
Tahun 2004, dalam sebuah perjalanan menuju Amsterdam, tepatnya pada 7 September 2004. Munir justru tewas dalam pesawat. Ia dibunuh dengan racun arsenik yang dimasukkan ke dalam makanannya yang dilakukan oleh Pilot Garuda yang sedang cuti, Pollycarpus Budihari Priyanto.
Kuat dugaan pembunuhan ini berkaitan dengan aktivitas Munir yang kerap menentang pemerintahan dan militer atas tindak kekerasan dan beragam penculikan di Indonesia.