Wali Kota Depok Minta Orang Tua Korban Calo Lapor Polisi

Siswa terlantar di SMAN 11 Depok karena tak terdaftar resmi
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan

VIVA.co.id – Ratusan siswa korban calo penerima peserta didik baru di SMAN 11 Depok, Jawa Barat, hingga kini masih telantar. Nasib mereka semakin tidak jelas meski proses belajar mengajar telah aktif sejak dua bulan lalu.

148 Siswa Titipan Calo Telantar di SMAN 11 Depok

Wali Kota Depok, Idris Abdul Somad, pun berang melihat kondisi ini. Dia mendesak orang tua yang merasa tertipu dengan ulah para pelaku, bisa melapor ke pihak berwajib. 

“Kami tekankan, kami tidak pernah mengakomodir siswa titipan. Jika ada orang tua yang merasa tertipu dan mengaku telah membayar dengan sejumlah uang hingga jutaan rupiah, silakan lapor polisi,” katanya di Balai Kota Depok, Jumat, 2 September 2016.  

Maruarar Sirait Bikin Sayembara Rp8 Miliar jika Temukan Harun Masiku, Begini Respons KPK

Terkait hal itu, Pemerintah Kota Depok juga masih melakukan investigasi. Sebab, ulah pelaku juga membuat resah pihak sekolah, dengan melakukan intimidasi dan paksaan pada sekolah agar menerima para siswa. Untuk memuluskan rencana mereka, para pelaku mengaku sebagai anggota lembaga swadaya masyarakat dan berprofesi sebagai wartawan.

Sedikitnya karena status mereka tidak terdaftar secara resmi di sekolah itu. Mereka adalah siswa titipan para calo yang mengaku bisa memasukkan para siswa di sekolah tertentu.

IHSG Anjlok ke Level 7.200 saat Penutupan Bursa, tapi Sederet Saham Ini Justru Melejit

Jadi Korban
 
Sementara itu, Psikolog Universitas Pancasila, Putri Langka, menilai korban sesungguhnya dari masalah ini adalah anak. Menurutnya ada pola pikir keliru mengenai pendidikan, sehingga orang tua kerap memaksakan anak untuk masuk ke sekolah negeri, karena yakin kualitasnya lebih baik atau pertimbangan biaya lebih murah.

“Adakalanya orang tua lupa bahwa inti dari pendidikan adalah membangun karakter, bukan status. Inilah yang membuat orang tua tidak waspada terhadap praktik-praktik calo seperti ini,” katanya pada VIVA.co.id, Jumat, 2 September 2016.

Tindakan orang tua ini akan memberikan imbas pada anak mereka. “Pada anak secara tidak langsung akan merusak mental mereka, karena melihat contoh-contoh praktik yang tidak baik, menghalalkan segala cara dengan sebuah tujuan. Efek jangka pendek akan timbul rasa malu, marah dan kecewa,” ujarnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Menteri Pendidikan Akui Ada Kekurangan Sistem Baru PPDB

Kelemahan itu dianggap wajar karena sistem baru diterapkan.

img_title
VIVA.co.id
12 Juli 2017