Tersangka Bom Gereja Medan Mengaku Bekerja Sendiri
- ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
VIVA.co.id – Aparat kepolisian mengaku kesulitan menggali informasi dari pelaku yang diduga masih di bawah umur (17 Tahun), tersangka aksi teror bom di Gereja Katolik Santo Yoseph, Medan, Sumatera Utara. Sebab, saat dilakukan pemeriksaan pelaku memberikan keterangan berbelit-belit.
"Sampai saat ini keterangan tersangka masih berbelit-belit," jelas Kasubdit Penerangan Masyarakat Humas Polda Sumatera Utara, AKBP MP Nainggolan, di Medan, Selasa, 30 Agustus 2016.
Dari pengakuan tersangka kepada penyidik kepolisian Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan, dia mengklaim aksi teror itu dilakukan sendirian tanpa ada yang memerintah.
"Dia (pelaku) tidak ada masuk dalam jaringan atau kelompok. Dia mengaku main tunggal," sebut Nainggolan.
Pengakuan ini berbeda dengan keterangan yang diberikan sebelumnya. Kala itu, pelaku mengaku tak sendirian merancang aksi ini, dan hanya menjalankan perintah untuk menyerang gereja tersebut.
Nainggolan juga bilang, penyidikan sementara kepolisian mengungkap tersangka tidak masuk dalam jaringan kelompok radikal di tanah air.
Meski begitu, polisi terus mendalami motif aksi teror bom yang gagal dilakukan tersangka. Saat ini, tersangka masih menjalani pemeriksaan di Markas Polresta Medan, dengan didampingi kedua orang tuanya.
Sebelumnya, pelaku diguga melakukan aksi teror bom di Gereja Santo Yosep, Minggu pagi, 28 Agustus 2016, sekitar pukul 08.00 WIB. Dia kedapatan membawa tas punggung berisi bom rakitan.
Saat kejadian, diduga bom yang dibawa pelaku gagal meledak. Tasnya hanya mengeluarkan percikan api. Setelah itu, pelaku mengeluarkan senjata tajam dan menyerang pastor Albert Pandingan.