Mengapa Gempa Italia Memakan Banyak Korban? Ini Jawabannya

Bangunan yang hancur akibat gempa di Italia, 24 Agustus 2016.
Sumber :
  • Reuters/Adamo Di Loreto

VIVA.co.id – Hingga hari keempat bencana gempa bumi Italia tengah dengan magnituted 6,2 skala richter, jumlah korban meninggal terus bertambah. Hingga Sabtu pagi dilaporkan korban meninggal mencapai 281 orang dan ratusan orang lainnya luka-luka.

Waspada, Kabupaten Sumba Timur Diprediksi Alami 60 Hari Tanpa Hujan

Pertanyaannya mengapa gempa Italia yang kekuatannya relatif kecil tetapi dapat menelan korban jiwa sangat besar. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan analisis mengenai kejadian ini. 

Pertanyaan itu dapat dijawab dan dijelaskan sebagai berikut. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan, ada beberapa faktor penyebab mengapa gempa bumi Italia tengah menelan korban jiwa sangat besar.

Gempa 6,9 Skala Richter Mengguncang Banten, Ini Akibatnya

Dikutip dari keterangan resmi BMKG, Sabtu 27 Agustus 2016, beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Waktu kejadian gempa

Gempa Bumi Magnitudo 7,1 Guncang Ternate, Berpotensi Tsunami

Waktu gempa menjadi faktor penentu jumlah korban gempa. Gempa yang terjadi malam hari akan menelan korban lebih besar, jika dibandingkan dengan gempa yang terjadi siang hari saat warga berada di luar rumah. 

Gempa Italia yang terjadi pukul 03.36 pagi waktu setempat, menunjukkan bahwa saat kejadian bencana seluruh warga sedang tertidur lelap di dalam rumah. Sehingga saat rumah-rumah mereka roboh akibat gempa maka timbul korban jiwa sangat besar.

2. Kedalaman hiposenter 

Semakin dangkal hiposenter gempa maka akan semakin berpotensi merusak. Kondisi tektonik yang kompleks di Italia tengah menyebabkan banyak sesar aktif di daratan. Gempa Italia tengah dengan kedalaman hiposenter sangat dangkal hanya 10 kilometer menjadi sangat merusak, karena percepatan getaran tanah di permukaan tanah masih sangat besar dan belum banyak mengalami perlemahan. 

Selain itu, karena kondisi tanah setempat terkadang kurang mendukung maka hal ini dapat memperbesar efek gempabumi berupa kerusakan bangunan.

3. Pemukiman padat

Tingkat kepadatan penduduk menjadi faktor penyebab tingginya jumlah korban. Sebesar apapun kekuatan gempa jika terjadi di daerah tidak berpenghuni maka tidak akan timbul korban jiwa. 

Tetapi, gempa dangkal Italia tengah meskipun kekuatannya relatif kecil karena terjadi di wilayah permukiman padat seperti kota Umbria, Lazio, Amatrice, dan Marche, maka berpotensi menelan korban jiwa sangat besar.

4. Kualitas bangunan 

Kualitas bangunan juga menentukan tingkat kerusakan. Bangunan tembok sederhana tanpa besi tulangan mudah rusak diguncang gempa. Beberapa laporan menunjukkan bahwa banyak bangunan rumah di Italia tengah ternyata tidak memiliki standar bangunan yang aman gempa bumi. 

"Di sana (Italia) banyak bangunan tua “unreinforced masonry building” yaitu bangunan batu bata sederhana tanpa besi tulangan yang mudah rusak atau rubuh saat diguncang gempa kuat," ujarnya.

5. Kondisi topografi

Efek topografi saat gempa bumi juga menjadi faktor yang dapat memperbesar efek gempa. Semakin tinggi tempat di perbukitan akan memicu tingginya percepatan getaran tanah. Kerusakan akibat efek topografi terjadi karena amplifikasi horizontal lebih besar daripada vertikalnya. 

Dalam hal ini semakin curam lereng perbukitan, makin besar amplifikasinya. Zona gempa Italia tengah terletak di jalur Pegunungan Apennines. Gempa yang terjadi dapat memicu terjadinya efek topografi karena wilayahnya merupakan kawasan perbukitan.

Kondisi kabut asap terlihat jelas kualitas udara dan jarak pandang terbatas. (Foto: Rochman/TIMES Indonesia)

Minggu, Udara di Palembang Masuk Level Bahaya

Sore hari dihimbau warga tak keluar rumah

img_title
VIVA.co.id
22 September 2019