Menolak Penghargaan, Nama Afrizal Malna Tetap Ada di PAB XIV
- Antara/ Rosa Panggabean
VIVA.co.id – Sastrawan Afrizal Malna memperoleh Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XIV/2016 di bidang Kesusasteraan. Namun, menurut Penasehat Komite PAB XIV/2016, Rizal Malarangeng, yang bersangkutan menolak untuk menerima penghargaan.
Meski demikian, Rizal memastikan bahwa anugerah PAB XIV/2016 tetap tercatat atas nama Afrizal Malna. Sebab, karya Afrizal Malna dinilai telah memperkaya khasanah kesenian Indonesia. Menurut Rizal, penghargaan sekelas Nobel pun pernah mengundang kontroversi.
"Walaupun pak Afrizal menolak, tapi tidak menggugurkan karya beliau, yang kita hargai karyanya, itu yang paling penting," ujar Rizal di Jakarta, Sabtu 20 Agustus 2016.
Menurutnya, Afrizal Malna menjadi orang yang tepat menerima penghargaan bidang kesusasteraan. Keberaniannya membangun arsitektur puisi dengan atau tanpa manusia di dalamnya, serta gigihnya melakukan penjelajahan puisi Indonesia modern ke dalam kehidupan urban yang penuh kekerasan, kegilaan sekaligus kesunyian, melahirkan karya dengan "tata bahasa visual dari sesuatu", yang diungkapkan melalui daya penalaran anak-anak sehingga terbebas dari politik pemaknaan orang dewasa.
"Semoga generasi muda yang lain yang senang sastra bisa belajar kepada Afrizal," ujarnya.
Sejarah mencatat bahwa beberapa tokoh penerima yang terpilih oleh Dewan Juri, telah menolak PAB. Mereka adalah Franz Magnis Suseno (Pemikiran Sosial, 2007), Daoed Joesoef dan Sitor Situmorang (Pemikiran Sosial dan Kesusastraan, 2010).
Ada pula Seno Gumira Ajidarma (Kesusasteraan, 2012) yang menyatakan tidak dapat menerima PAB. Selain itu ada yang mengembalikannya secara purnawaktu, yakni Goenawan Mohamad (Kesusastraan, 2004) di tahun 2010, yakni enam tahun kemudian.
Penghargaan Achmad Bakrie XIV/ 2016 merupakan tradisi penganugerahan yang dipersembahkan Yayasan Achmad Bakrie bekerja sama dengan Freedom Institute dan VIVA Group, sebagai wujud apresiasi kepada tokoh – tokoh ilmuwan dan periset Nasional atas segala pencapaiannya sehingga dinilai turut membangun kehidupan intelektual di tanah air, juga memberi inspirasi bagi bangsa Indonesia.